Lesu Kalah Saing dari Pertamini, Pertashop Boleh Jual Pertalite?

Lesu Kalah Saing dari Pertamini, Pertashop Boleh Jual Pertalite?

Ridwan Arifin - detikOto
Kamis, 31 Agu 2023 15:14 WIB
Pertashop
Foto: Pertashop (Sylke Febrina Laucereno/detik)
Jakarta -

Pertashop saat ini baru menjual Pertamax. Tapi Pertamina sedang menggodok bersama BPH Migas supaya Pertashop bisa menjual Pertalite.

Di aturan sebelumnya Pertashop hanya boleh menjual BBM nonsubsidi seperti Pertamax. Namun pengusaha Pertashop mengaku usahanya lesu sejak adanya kesenjangan harga antara Pertamax dan Pertalite.

"Kami memang sudah melakukan pembahasan ini (Pertashop jual Pertalite). Tadi pagi pun ada pembahasan dengan BPH Migas, dan kami sedang melakukan kajian karena ini diperlukan juga infrastruktur yang memadai di Pertashop mengingat untuk pertanggungjawaban terhadap auditor negara ini kan perlu governance yang baik," terang Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Komisi VII DPR Jakarta, Rabu (30/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi untuk urusan BBM bersubsidi, lanjut Nicke, Pertashop juga harus dilengkapi dengan berbagai peranti seperti digitalisasi SPBU, CCTV, automatic tank gauge, dan sebagainya.

"Ini pun harus dilengkapi di Pertashop, dan tentu saja ini sifatnya adalah tidak mandatori. Kami akan menawarkan kepada Pertashop jika nanti setelah keputusan dari BPH Migas ini go tentu ini kita buka, silakan Pertashop kalau buka Pertalite," katanya.

ADVERTISEMENT

Tapi Nicke menjelaskan margin keuntungan Pertalite lebih rendah 40% dari Pertamax mengingat Pertalite merupakan BBM yang disubsidi. Karena disubsidi, kata dia, keuntungannya pun harus diatur.

Dengan demikian, untuk mendapatkan keuntungan yang sama dengan Pertamax, penjualannya Pertalite harus berkali-kali lipat lebih banyak.

"Sehingga untuk mendapatkan level margin, profit margin yang sama ini harus berkali-kali lipat sampai kalau dalam hitungan kami 3,5 kali lipat dari kalau jual Pertalite. Itu harus 3,5 kali lipat lebih banyak dibandingkan jual Pertamax untuk mendapatkan level margin profit yang sama, dan tentu saja plus harus ditambah infrastruktur yang memadai," paparnya.

"Namun kami terbuka untuk itu dan sedang dibahas juga dengan BPH Migas sehingga nanti triwulan keempat dimungkinkan untuk, ini targetnya ya, jadi itu sangat terbuka sepanjang nanti bisa di ini," tambahnya.

Pengusaha keluhkan Pertashop lesu

Pertashop mengalami kerugian, salah satunya gara-gara BBM nonsubsidi yang dijual Pertashop harus bersaing dengan pengecer BBM nonsubsidi yang tidak resmi.

"Dengan adanya disparitas harga, omset kami menurun drastis hingga 90 persen. Usaha Pertashop tidak memperoleh keuntungan justru merugi dari 448 ada 201 Pertashop merugi," kata Ketua Umum Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (Jateng-DIY) Gunadi Broto Sudarmosaat audiensi DPR, pada Juli lalu.

Pengecer Pertamini ilegal dapat margin lebih besar, dapat untung lebih besar, tetapi tidak membayar kewajiban-kewajiban resmi seperti pajak dan biaya lain layaknya penyalur legal.

Dia membeberkan sejak Januari hingga Maret 2022, berdasarkan sampel yang diambil dari salah satu Pertashop, hanya berhasil menjual 34.000 hingga 38.000 liter dalam satu bulan. Padahal, Pertamax masih dibanderol dengan harga Rp 9.000 per liter.

"Setelah terjadinya disparitas harga Pertamax dan Pertalite, mulai April omzet turun drastis. Di harga Rp 12.500, 16.000 liter per bulan, berlanjut ada fluktuasi harga sampe Rp14.500 per liter, ada yang Rp 13.900. Dan sampai sekarang di harga Rp 12500 itupun omzet Pertashop belum bisa kembali seperti di saat harga pertamax Rp 9.000 dan pertalite Rp 6.750," ungkap Gunadi.

Hal senada juga diungkapkan Pengamat kebijakan energi Sofyano Zakaria. Persoalan Pertashop tidak serta merta diatasi dengan izin menyalurkan bensin subsidi.

"Pertashop ini dikelilingi 'Pertamini' dan 'Pertaboto' yang bisa bebas menjual BBM penugasan Pertalite yang harganya di bawah harga Pertamax," kata dia seperti dikutip Antara.

Sofyano mengatakan Kementerian ESDM dan BPH Migas semestinya bisa mencegah Pertalite ke penjual BBM yang tidak resmi.

"Keberadaan 'Pertamini' dan 'Pertabotol' perlu mendapat perhatian pemerintah. Para pelakunya seharusnya bisa dibina dan dijadikan juga miteranya Pertamina dalam menyalurkan BBM Pertamax dalam skala yang sesuai dengan keberadaan mereka," ujar Sofyano.

Di sisi lain Pertamina juga harus mengatur jarak antara SPBU dan Pertashop, yang awalnya ditetapkan 10 km, dan jarak antar Pertashop yang idealnya sekitar 5 km.

"Ini jadi aturan yang standar dan wajib dilaksanakan dengan konsisten sehingga tidak merugikan para pihak yang menyalurkan BBM," tambah dia.




(riar/dry)

Hide Ads