Ngeluh Polusi dari Balik Kemudi

Ngeluh Polusi dari Balik Kemudi

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Rabu, 16 Agu 2023 07:50 WIB
Kemacetan lalu lintas yang menyumbang polusi udara.
Kemacetan lalu lintas yang menyumbang polusi udara. (Foto: thinkstock)
Jakarta -

Polusi udara di Jakarta semakin menjadi-jadi. Akhir-akhir ini, kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya dinilai buruk. Kendaraan bermotor dituding menjadi biang permasalahannya.

Banyak warga yang mengeluhkan udara kotor di Jakarta dan sekitarnya. Tapi, kendaraan bermotor pribadi yang menjadi penyumbang polusi terbesar juga terus dipakai.

Menurut Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, kendaraan bermotor pribadi masih banyak digunakan. Makanya, pihaknya mempertimbangkan kebijakan pembatasan kendaraan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berkaitan dengan utilitas pada kendaraan. Kendaraan-kendaraan ini banyak yang menggunakan satu orang atau maksimal dua orang," ujar Budi Karya.

"Oleh karena itu, dipertimbangkan untuk membuat 3 in 1 jadi 4 in 1. Jadi katakanlah mereka dari Bekasi, dari Tangerang, dari Depok mereka bersama-sama ke kantor gantian mobilnya sehingga jumlahnya akan menurun," imbuh dia.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data Electronic Registration Identification (ERI) Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri, belasan juta kendaraan bermotor tersedia di Jakarta. Total ada 11.473.094 kendaraan di Jakarta. Itu baru di Jakarta saja. Sementara di Jabodetabek, jumlah kendaraan yang terdaftar sebanyak 22.958.667 unit.

Sepeda motor menjadi kendaraan paling banyak. Dari data ERI Korlantas Polri, sepeda motor tercatat sebanyak 18.281.582 unit di Jabodetabek. Diikuti mobil penumpang 3.800.511 unit, mobil barang 795.100 unit, bus 37.566 unit, dan kendaraan khusus 60.107 unit.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin (Puput) mengatakan rata-rata tahunan konsentrasi pencemaran udara di Jakarta sebelum pandemi untuk parameter PM10 mencapai 59,03 ΞΌg/m3 dan PM2.5 mencapai 46,1 ΞΌg/m3. Sementara itu, O3 dan SOx masing-masing adalah 83,3 ΞΌg/m3 dan 42,76 ΞΌg/m3. Keempat parameter ini (PM10, PM2.5, O3 dan SOx) merupakan parameter dominan untuk kurun waktu 2011 - 2020, yaitu parameter yang berkontribusi penting dalam mempengaruhi kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya. Berdasarkan kajian sumber pencemaran udara, transportasi merupakan pencemar terbesar di Jakarta dan sekitarnya.

"Beban emisi pencemaran udara dengan parameter PM10 di Jakarta dan sekitarnya mencapai 40.777 ton/per hari (2019) disumbang oleh sumber-sumber pencemaran udara dari transportasi 47%, industri 20,24%, power plant 1,76%, rumah tangga 11%, road dust 11%, pembakaran sampah 5%, dan konstruksi bangunan 4%. Sementara beban emisi PM2.5 mencapai 29.336 ton/hari yang disumbangkan oleh sumber-sumber dari transportasi 57%, industry 21,16%, power plant 2%, rumah tangga 7%, road dust 5%, pembakaran sampah 5%, dan konstruksi bangunan 3%," beber Puput.

Setidaknya 47 persen atau 19.165 ton/hari bersumber dari kendaraan bermotor. Kontributornya adalah sepeda motor 45 persen, truk 20 persen, bus 13 persen, mobil diesel 6 persen, mobil bensin 16 persen, dan kendaraan roda tiga 0,23 persen.

"Sepeda motor adalah polluter terbesar, diikuti oleh truk dan bus sebagai kendaraan diesel menyumbang polutan yang cukup besar. Populasi sepeda motor yang sangat tinggi di Jakarta dan sekitarnya adalah faktor penyebabnya, selain teknologi sepeda motor memungkinkan emisi per penumpangnya relatif tinggi. Secara umum, ketertinggalan teknologi mesin kendaraan yang tidak sesuai dengan spesifikasi kendaraan rendah emisi, dan buruknya kualitas BBM -rendah angka oktan/cetane, tinggi kadar belerang, benzene dan aromatic- serta kemacetan lalu lintas telah meningkatkan intensitas pencemaran udara," katanya.

Maka dari itu, untuk mengurangi polusi udara tidak hanya butuh penanganan dari pemerintah, tapi juga dari warganya. Jadi, jangan hanya mengeluh soal polusi udara tapi tidak ada tindakan konkret dari kita.

"Pencemaran udara ini kan tidak bisa dibebankan kepada pemerintah daerah dan pemerintah pusat saja. Kesadaran masing-masing pemilik kendaraan, karena tadi berdasarkan data kendaraan bermotor lah yang50 persen kurang lebih menyumbang emisi gas buang yang buruk," kata Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

Untuk itu, Puput menyarankan beberapa hal kepada warga Jakarta dan sekitarnya, terutama pemilik kendaraan bermotor. Pertama, warga disarankan untuk menggunakan angkutan umum dan transportasi non-motor seperti bersepeda atau berjalan kaki. Selanjutnya, pemilik kendaraan bermotor disarankan untuk melakukan uji emisi dan perawatan kendaraan secara rutin.

Lalu, jangan membeli kendaraan yang emisinya tinggi. Sebaiknya beli kendaraan rendah emisi dan rendah konsumsi energinya.

Jangan memanaskan mesin kendaraan terlalu lama. Memanaskan mesin terlalu lama akan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan mesin kurang lebih sekitar 3 menit atau ketika jarum penunjuk suhu mesin sudah mulai bergerak.

Jika masih menggunakan kendaraan pribadi untuk mobilitas, terapkan eco-driving. Terakhir, beralih ke kendaraan nol emisi seperti kendaraan listrik.

Sedangkan untuk warga pada umumnya, gunakan listrik/air/energi sesuai kebutuhan. Jangan membakar sampah tapi memilah sampah dan memanfaatkannya. Juga sebaiknya tidak merokok.




(rgr/din)

Hide Ads