Menafsir Makna 'Dibantai Habis' yang Bikin Penemu Nikuba Ogah Dibantu BRIN

Menafsir Makna 'Dibantai Habis' yang Bikin Penemu Nikuba Ogah Dibantu BRIN

Dina Rayanti - detikOto
Selasa, 18 Jul 2023 10:35 WIB
Nikuba.
Aryanto Misel sebut pernah 'dibantai habis' saat tengah menerangkan Nikuba. Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Jakarta -

Penemu Nikuba, Aryanto Misel mengungkap dirinya pernah 'dibantai habis' di Indonesia. Itulah yang membuatnya ogah dibantu pemerintah atau BRIN untuk mengembangkan temuannya.

Alat yang diklaim bisa mengubah air menjadi BBM bernama Nikuba temuan warga Cirebon Aryanto Misel, belakangan ramai disorot. Nikuba sendiri sebelumnya sudah viral pada tahun 2022. Kala itu Nikuba diklaim hanya membutuhkan satu tetes air untuk menempuh jarak sekitar 50 km. Alat pengkonversi air jadi BBM itu juga sudah diuji dengan memasangnya di kendaraan dinas TNI.

Serda Muhammad Sutami berbagi pengalam selama menggunakan Nikuba.Serda Muhammad Sutami berbagi pengalam selama menggunakan Nikuba. Foto: Ony Syahroni

Aryanto menyebut, untuk sekitar 1 liter air yang dikonversi menjadi Hidrogen melalui Nikuba buatannya, mampu membuat kendaraan menempuh perjalanan dari Cirebon hingga Semarang, pulang pergi. Salah satu anggota TNI yang motornya dipasangi Nikuba pun bercerita pengalamannya. Dengan menggunakan Nikuba selama empat hari, hanya membutuhkan air kurang dari setengah liter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ahli Sebut Bukan Teknologi Baru

Tapi temuan itu juga tidak sepenuhnya dipercaya bisa benar-benar menggantikan BBM. Sejumlah ahli berpendapat itu bukanlah temuan baru. Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengatakan teknologi seperti itu sudah dikembangkan sejak 1960-an, karena sudah banyak orang yang mengenal konsep elektrolisa air. Sekadar diketahui, elektrolisa air merupakan penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.

ADVERTISEMENT

Yus juga mengatakan teknologi tersebut tak sepenuhnya bisa menggantikan bensin. Dia menjelaskan untuk bisa menggunakan air sebagai bahan bakar pengganti tidak hanya dibutuhkan aki, tapi tetap membutuhkan bensin. Jika memakai air saja untuk proses ini, hal itu tidak akan cukup.

"Lama-lama aki bisa tekor karena secara keseimbangan energi tidak cukup. Lebih besar untuk memproduksi dari pada yang berguna. Jadi tak hanya butuh aki, tapi juga tetap butuh bensin," jelas Yus.

Unjuk Gigi di Italia Tuai Kontroversi

Setahun berselang, TNI Angkatan Darat dalam keterangan resminya membagikan kabar bahwa Nikuba mendapat kesempatan dipresentasikan di Italia. Di Negeri Pizza itu kabarnya Nikuba pamer di depan sejumlah perusahaan otomotif Italia tanpa menjelaskan lebih detail perusahaan dimaksud.

"Tiba saatnya Nikuba sebagai alternatif solutif akan mencoba terbang untuk dipresentasikan pada dunia. Meski memerlukan proses, namun ide, tindakan, komitmen dan keyakinan terhadap Nikuba sebagai alternatif energi terbarukan dapat menjadi peluang di masa yang akan datang," ungkap Pandam III Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo.

Usut punya usut perusahaan Italia yang kepincut Nikuba adalah perusahaan penyuplai energi untuk Lamborghini dan juga Ferrari. Berita itu rupanya disambut ragam respon dari warganet di Indonesia. Banyak yang bangga atas pencapaian Nikuba namun tidak sedikit yang skeptis. Ditambah lagi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan Nikuba masih harus diuji ilmiah untuk membuktikan cara kerjanya benar-benar bisa menggantikan peran air sebagai bahan bakar di kendaraan.

"Itu salah satu yang sedang kita ajak supaya bisa dibuktikan secara saintific. Itu dulu yang nomor satu, sehingga kalau ada penyempurnaan ya kita sempurnakan bersama-sama karena Nikuba itukan basically hidrogen, bahan bakar berbasis hidrogen. Memang banyak penemuan dan sebagainya," ujar Kepala BRIN Laksana Tri Handoko.

(Selanjutnya: Penemu Nikuba Ungkap Makna 'Dibantai Habis' BRIN)

Penemu Nikuba Ungkap Sudah 'Dibantai Habis', Apa Maksudnya?

Di sisi lain, sepulangnya dari Italia sang penemu rupanya mengungkap ogah mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam hal ini BRIN. Aryanto tampaknya sudah kadung dibuat kecewa bahkan dia mengungkap sudah 'dibantai habis' di sini. Aryanto bahkan mengatakan tidak butuh bantuan pemerintah. Dia juga tak mempermasalahkan alat temuannya dijual ke pihak asing.

Nikuba, alat pengonversi air menjadi bahan bakarNikuba, alat pengonversi air menjadi bahan bakar. Foto: Ony Syahroni/detikJabar

"Saya enggak butuh mereka, saya sudah dibantai habis, Pak, enggak mau," jawabnya saat ditanya terkait peran pemerintah dan BRIN untuk membantu pengembangan Nikuba belum lama ini.

Ungkapan 'dibantai habis' yang diungkap penemu Nikuba sampai membuat dirinya ogah dibantu pemerintah itu juga ramai jadi perbincangan. Tidak sedikit yang menyudutkan BRIN terkait ungkapan itu. Tak diketahui makna pasti dari kata 'dibantai habis' tersebut. Namun dalam video yang beredar di sosial media sebagaimana diunggah ulang akun Twitter @AbdiYanzil, 'dibantai habis' itu merujuk pada perilaku salah satu orang BRIN yang mematahkan temuan Aryanto Misel. Aryanto mengatakan bahwa pihak BRIN menyebut, Nikuba tidak akan maju tanpa bantuan BRIN.

"Itu kan saya ribut itu sama orang BRIN, saya nerangin belum sampai selesai langsung dipatahin itu di tengah. 'Tanpa BRIN enggak akan jalan itu Nikuba', bahasa itu kan enggak etis. Mau jalan mau enggak buktinya Kodam beli sama saya udah ratusan juta sampai sekarang barangnya," jelas Aryanto dalam video.

Di sisi lain, BRIN tak menampik bahwa kekecewaan mungkin disebabkan pernyataan yang dibuat oleh salah seorang perisetnya. Meski begitu, BRIN mengatakan masih membuka kesempatan bagi Aryanto bila ingin menggunakan fasilitas yang tersedia guna keperluan mengembangkan Nikuba.

"Saya baru silaturahmi, membuka pintu komunikasi. Kita ngobrol-ngobrol, tapi memang beliau waktu itu, mungkin sebelumnya ada statemen tdari periset BRINyang kurang berkenan di beliau. Itu kalau klaim beliau, cerita juga ke saya. Jadi sudah menutup diri, saya (Aryanto Misel) tidak mau dibantu, kira-kira begitu," ungkap Direktur Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Kementerian/Lembaga, Masyarakat, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dadan Nugraha.

Tim detikOto sudah mencoba menghubungi pihak Aryanto Misel. Namun hingga saat ini Aryanto belum memberikan responnya.


Hide Ads