Selama di PO Haryanto, Rian Selalu Turun Tangan Jika Anak Buah Ada Masalah

Selama di PO Haryanto, Rian Selalu Turun Tangan Jika Anak Buah Ada Masalah

Tim detikcom - detikOto
Minggu, 08 Jan 2023 09:35 WIB
Rian Mahendra
Rian Mahendra. Foto: Muhammad Hafizh Gemilang/detikOto
Jakarta -

Rian Mahendra dipecat dari PO Haryanto sejak Juli 2022. Selama menjabat sebagai Direktur Operasional di Perusahaan Otobus (PO) asal Kudus tersebut, Rian mengaku selalu turun tangan langsung jika anak buahnya sedang mengalami masalah saat bekerja.

"Aku tipikalnya gini, gua sama anak-anak--kalau ada masalah--aku senang ngadepin duluan. Ibaratnya 'Kalau gua belum mati, lu gak usah nanganin. Ntar kalau gua udah mati, lu nanganin silahkan," kata Rian kepada detikOto di Solo, Kamis (5/1/2023).

Menurut Rian, Sumber Daya Manusia (SDM) di industri transportasi bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi), tidak seperti SDM para pekerja kantoran. Khususnya para sopir yang langsung bekerja di lapangan, akan berpotensi mengalami banyak permasalahan saat menjalankan tugasnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena di perusahaan ini, anak-anak ini, kru ini kan SDM-nya beda, bukan kaya orang-orang kantoran. Mereka setiap hari akan beresiko bermasalah, dalam hal apapun juga di dalam pekerjaan mereka," jelas Rian.

"Kalau perusahaan, atau nggak ada wakil dari perusahaan yang hadir di sisi mereka saat mereka sedang mengalami masalah, terus mental mereka (nantinya) seperti apa. Gak mudah orang buat nyetir bis. Butuh mental, butuh kepercayaan diri yang luar biasa, karena apa? Itu aset bis harganya miliaran, terus kedua nyawa penumpang yang mereka bawa berapa?," tambahnya lagi.

ADVERTISEMENT

"Jadi sopir-sopir bus, driver-driver bus itu, bukan sesuatu yang mudah untuk mereka kerjakan. Karena mereka tahu dan sadar betul, berapa harga aset uang yang mereka bawa dan berapa jumlah nyawa manusia yang bergantung sama mereka".

"Kalau setiap ada masalah, perusahaan nggak hadir mendampingi mereka, itu akan berpengaruh banget terhadap kepercayaan diri mereka, mental mereka, dan sebagainya. Istilahnya kalau bahasa pabrik itu QC (Quality Control). Jadi saya maintenance lebih ke arah (memastikan) oh iya apakah SOP saya berjalan dengan baik atau tidak, penumpang saya ada keluhan atau nggak, agen-agen saya ada masalah apa nggak. Gitu terus," bilang Rian.




(lua/riar)

Hide Ads