Ngeri! Ada Jalanan Rusak Diaspal Mulus, tapi Malah Bikin Celaka Banyak Pengendara

Ngeri! Ada Jalanan Rusak Diaspal Mulus, tapi Malah Bikin Celaka Banyak Pengendara

Luthfi Anshori - detikOto
Kamis, 01 Des 2022 12:37 WIB
Sekam penyelamat di jalur maut cangar pacet
Jalur Cangar-Pacet, Malang, yang rawan kecelakaan. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Jakarta -

Jalanan rusak kemudian diaspal sehingga mulus, biasanya akan menurunkan risiko kecelakaan. Tapi dalam beberapa kasus, ada juga permukaan jalanan yang rusak, kemudian diaspal, tapi malah sangat berbahaya bagi pengendara. Kok bisa?

Menurut hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), jalanan yang mulus tidak selalu menjamin keselamatan. Misalnya jalanan itu awalnya rusak, lanjut kemudian diaspal sehingga mulus, tapi geometrik jalannya tidak sesuai standar, maka akan bikin celaka pengendara.

"Ini ada satu hal baru kita sadari, pemerintah kita melalui Kementerian PUPR dan jajarannya punya roadmap, satu memantapkan jalan, dua membuka isolasi dengan membuat jalan baru," buka Plt Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan LLAJ KNKT, Ahmad Wildan dalam Forum Kehumasan dan Media Rilis Keselamatan Bus Pariwisata di Indonesia (30/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebuah bus yang mengangkut rombongan karyawan perusahaan konveksi asal Kabupaten Sukoharjo menabrak tebing di kawasan Bukit Bego, Jalan Dlingo-Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY, Minggu (6/2/2022) siang. Kecelakaan tunggal itu menyebabkan belasan penumpang tewas.Jalan Tebing Bego, Bantul, Yogyakarta rawan kecelakaan. Foto: Pradito Rida Pertana

"Pada awalnya kita (menganggap) itu hal yang bagus. (Tapi) begitu lihat kecelakaan-kecelakaan ini, baru saya sadar, jalan di Gunung Lio (Brebes) sebelum dimantapkan, tidak pernah ada yang celaka. Begitu jalannya mantap (mulus), kecelakaan bolak-balik di situ," cerita Wildan.

ADVERTISEMENT

"Di Pacet Cangar (Batu, Malang) sebelum ada pemantapan jalan, nggak pernah ada yang celaka. Sekarang dengan jalan yang mantap, tiap minggu ada kejadian sepeda motor yang remnya blong di sana," sambung Wildan.

"Dari situ kita mulai berpikir, berarti kalau memantapkan jalan di atas geometrik yang sub standar, ini akan berbanding terbalik. Ini bukan meningkatkan keselamatan, justru meningkatkan ketidakselamatan jalan. Nah, ini kita harus waspada," bilangnya lagi.

Wildan menekankan pentingnya faktor geometrik jalan sebagai syarat keselamatan. Bagi yang belum tahu, geometrik jalan adalah rancang bangun jalan yang yang meliputi zona penampang melintang, penampang memanjang, maupun aspek lain yang berkaitan dengan bentuk fisik jalan. Desain geometrik sendiri terdiri dari alignment horizontal serta alignment vertikal.

"Ada tiga elemen geometrik yang jadi mesin pembunuh, satu penampang lintang jalan, dua alignment vertikal, tiga alignment horizontal. Ketika sebuah jalan, salah satu atau ketiga kondisinya sub standar, kemudian kita bikin mulus, maka yang akan terjadi speed atasnya akan naik. Dan ketika naik, dia akan terpapar oleh hazard akibat sub standar ini," jelas Wildan.

"Jadi jalan-jalan sub standar ini bukan jalan yang sengaja dibuat. Itu jalan peninggalan Pangeran Diponegoro, zaman kolonial, dan sebagainya, dibuat oleh masyarakat, terus dilebarin dikit dan dikeraskan pakai aspal. Kelihatannya aman, segalanya bagus. Terus salahnya di mana? Salahnya di geometriknya, dia adalah geometrik trap atau jebakan geometrik. Orang bisa celaka kapan saja di situ," tukasnya.




(lua/din)

Hide Ads