Presiden Indonesia sejak tahun 2014 baru memiliki pesawat kepresidenan sendiri. Pesawat tersebut adalah 'Indonesia One' yang merupakan panggilan untuk pesawat Boeing 737-800 Boeing Business Jet (BBJ2) dengan kode registrasi A-001.
Tercatat hanya ada dua presiden yang pernah menggunakan pesawat tersebut pada masa kepemimpinannya. Pertama adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa bulan jelang masa jabatannya berakhir. Berlanjut setelahnya Presiden Joko Widodo dari 2014 hingga saat ini.
![]() |
Jauh sebelumnya, tidak ada pesawat khusus untuk kepresidenan. Mengutip laman indonesia.go.id, di era kepemimpinan Soekarno ada pesawat baling-baling DC-3 Dakota. Pesawat yang memiliki panjang 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 m, dengan dua mesin Pratt & Whitney itu mampu terbang dengan kecepatan maksimum 346 km/jam. Dengan bahan bakar penuh, Dakota mampu terbang sejauh 2.430 km. DC-3 Dakota juga menjadi pesawat angkut pertama miliki pemerintah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian di akhir tahun 1950-an, Soekarno mendapat hadiah pesawat angkut dari Uni Soviet bernama Ilyuhsin II-18 untuk menjadi pesawat kepresidenan. Pesawat berbadan sedang, untuk 60-100 penumpang itu tak dirancang sebagai pesawat kepresidenan.
Tak lama berselang, dua unit pesawat Lockheed Jetstar masuk daftar pesawat kepresidenan. Pesawat ini mampu mengangkut 12 penumpang di dalamnya. Namun untuk perjalanan lintas benua, Soekarno biasanya menggunakan pesawat carter Convair 990.
Berlanjut pada era Suharto, pesawat DC-9 dan DC-8 banyak dipilih untuk menemani perjalanan mantan presiden kedua tersebut. Biasanya pesawat DC-9 digunakan untuk perjalanan domestik, sementara DC-8 penerbangan internasional. Keduanya diketahui dioperasikan oleh Garuda Indonesia. Tak ketinggalan ada juga pesawat Hercules C-130 TNI AU untuk digunakan ke daerah dengan bandara kecil.
Pada pertengahan tahun 1970-an terdapat pesawat kepresidenan Fokker-28. Pesawat jet buatan Belanda itu biasanya digunakan untuk perjalanan domestik. Bagian dalam pesawat sudah dirancang untuk kalangan eksekutif. Kapasitasnya tidak banyak yakni sekitar 35 seat atau separuh dari versi komersialnya. Fokker-28 itu dioperasikan oleh Pelita Air Service. Sedangkan untuk kunjungan internasional, pesawat DC-10 milik Garuda Indonesia yang digunakan.
Memasuki 1990-an, pesawat DC-10 digantikan oleh MD-11 atau Airbus A-330. Keduanya juga dioperasikan PT Garuda Indonesia. Untuk penerbangan domestiknya, Presiden Soeharto mengganti Fokker-28 itu dengan pesawat tangguh bermesin empat BAE 146-200, yang dioperasikan oleh Pelita Air Service. Pesawat ini masih beroperasi hingga era Presiden SBY.
Kemudian pada era kepemimpinan BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid, biasanya menggunakan pesawat dari Garuda Indonesia, Pelita Air Service maupun TNI AU.
Sementara Megawati biasa menggunakan pesawat MD-11, Boeing 737-500, atau Airbus A 330-300 dari lungsuran Suharto. Untuk perjalanan menuju daerah dengan fasilitas bandara yang masih sederhana, Presiden Megawati memilih pesawat TNI-AU seperti Fokker 28-1000 atau Hercules C-130.
SBY sebelum menggunakan Indonesia One, biasanya memakai pesawat Boeing 737-800 Garuda Indonesia. Beberapa kali SBY juga menggunakan Airbus A330-300 atau pesawat BAE 146-200 British Aerospace milik Pelita Air Service.
(dry/lth)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini