Indonesia Punya Pabrik Baterai, Ini Bahan yang Masih Impor

ADVERTISEMENT

Indonesia Punya Pabrik Baterai, Ini Bahan yang Masih Impor

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 20 Sep 2022 08:37 WIB
Baterai mobil listrik
Ilustrasi baterai mobil listrik Foto: Ridwan Arifin
Jakarta -

Indonesia bakal memiliki produksi baterai kendaraan listrik sendiri, namun tidak semua bahan baku berasal dari dalam negeri. Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan mengungkapkan bahan impor dalam membuat baterai saat ini mencapai 20 persen.

Dany menjelaskan bahan baku utama yang dimiliki Indonesia ialah nikel. Dia merinci 80 persen bahan baku nikel dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk.

"Bahan baku kita ketahui bersama 80 persen bahan baku dari produksi baterai ini disupport oleh nikel. Dan nikel ini dimiliki oleh PT Antam, reserve-nya juga cukup banyak, dan IBC ini ditargetkan berdasarkan milestone dan road map-nya menjadi market leader di Asia Tenggara," kata Dany saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (19/9//2022).

Sementara bahan-bahan untuk pembuatan baterai lain, seperti Lithium Hdroxyde yang kebutuhannya mencapai 70 ribu ton per tahun masih didatangkan dari China, Chile, dan Australia.

"Smelting-nya proses pengolahannya (lithium hydroxyde) juga itu ada di China," kata Dany.

Lebih lanjut bahan baku pembuatan baterai lain yang masih diimpor ialah grafit, mangan sulfat, dan kobalt sulfat. Total dari keseluruhan bahan baku baterai yang masih impor sebesar 20 persen.

"Ada juga yang kedua grafit, grafit itu 44 ribu ton per tahun yang diimpor dari China, Brazil, dan Mozambik. Yang ketiga, ada mangan sulfat, dan kobalt sulfat, itu besarnya masing-masing kebutuhannya 12 ribu ton per tahun kebutuhan kita. Dan ini semua masih impor, Jadi 20 persen selain nikel itu semua kita masih impor," kata dia.

Seperti diketahui Mining Industry Indonesia (MIND ID) merupakan BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia yang beranggotakan PT ANTAM Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.

Sementara IBC (Indonesia Battery Corporation) merupakan perusahaan patungan 4 BUMN yakni Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Adapun kepemilikan masing-masing BUMN 25%. Selain itu, Indonesia Battery Corporation (IBC) yang kerja sama dengan produsen baterai dan kendaraan yaitu LG Chem (Korea) dan CATL (China).

Pabrik baterai mobil listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium LG serta CATL diketahui sudah mulai melakukan peletakan batu pertama akhir Juli 2021.

Dany mengatakan ke depan IBC akan menyusun rancangan supaya tidak bisa tergantung dengan bahan baku impor yang jumlahnya mencapai 20 persen tersebut.

"Ke depan kita butuh menyusun roadmap kemandirian supaya kita tidak tergantung produk-produk impor yang walaupun 20 persen jumlahnya. Apakah kita melakukan aksi korporasi untuk mengambil tambang lithium di luar negeri ataukah seperti apa, ini IBC sedang menyusun sebuah roadmap-nya, paling tidak ketergantungan impor ini bisa kita kurangi, dan kita juga bisa melihat masa depan IBC sebagai invesment company," jelas dia.



Simak Video "Kebijakan Insentif Mobil Listrik Tepatkah atau Bikin Tambah Macet?"
[Gambas:Video 20detik]
(riar/din)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT