Kenaikan harga Pertalite dan Pertamax membuat banyak pengendara menjerit. Biaya operasional kendaraan jelas meningkat tajam dengan kenaikan harga BBM tersebut. Peningkatannya pun cukup signifikan.
Pertalite semula dijual Rp 7.650 per liter kini menjadi Rp 10.000 per liter. Sedangkan Pertamax, sebelum naik harganya Rp 12.500 per liter saat ini Rp 14.500 per liter.
Sebagai contoh, mobil sekelas Toyota Avanza bila sebelumnya pengendara menggunakan Pertalite, maka untuk memenuhi tangki sebanyak 43 liter dibutuhkan Rp 430.000. Sebelum harga Pertalite naik, untuk mengisi penuh tangki dari 0 biaya yang dibutuhkan Rp 328.950. Perbedaannya cukup signifikan, sekitar Rp 101.050.
Lalu bila Toyota Avanza itu menggunakan Pertamax, sebelum kenaikan harga biaya yang dikeluarkan untuk mengisi penuh tangki dari 0 sebesar Rp 537.5000. Setelah harganya naik, pengendara harus merogoh kocek lebih dalam yakni Rp 623.500.
Kemudian untuk mobil LCGC sekelas Daihatsu Ayla dengan kapasitas tangki 33 liter, biaya pengisian BBM jenis Pertalite akan menghabiskan Rp 330.000. Padahal, sebelumnya biaya yang dibutuhkan hanya Rp 252.450 atau lebih murah Rp 47.550.
Pengendara motor pun turut merasakan imbasnya. Misalnya motor skutik jenis Nmax, dengan kapasitas tangki 7,1 liter dengan harga Pertalite lama hanya menghabiskan Rp 54.315. Namun dengan adanya kenaikan harga, maka untuk mengisi penuh BBM dibutuhkan Rp 71.000. Bila mengisinya dengan Pertamax, maka saat ini biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 102.950. Padahal sebelum harganya naik, biaya yang dikeluarkan Rp 87.500.
Bila Ayla diisi dengan Pertamax, dengan harga Rp 14.500 per liter pengendara harus mengeluarkan biaya Rp 478.500. Saat harga Pertamax masih Rp 12.500 per liter, biaya yang dibutuhkan hanya Rp 412.500.
Kenaikan harga Pertalite dan Pertamax memang tidak terhindarkan. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut dua alasan utama pemerintah harus menaikkan harga BBM. Pertama, anggaran subsidi dan kompensasi BBM 2022 telah meningkat tiga kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun. Menurutnya, angka tersebut akan meningkat terus menerus.
Menurut Sri Mulyani pemerintah telah berupaya sekuat tenaga melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Bahkan Sri Mulyani mengaku sebenarnya ingin harga BBM terjangkau dengan harga yang disubsidi.
Sementara alasan kedua, kata Sri Mulyani, lantaran 70 persen BBM subsidi justru dinikmati kalangan mampu seperti pemilik mobil pribadi. Hal tersebut tentu menjadi beban, lantaran uang negara seharusnya diprioritaskan untuk kalangan yang tak mampu.
Simak Video "Pertamina Sukses Laksanakan Satgas Ramadan dan Idulfitri 2025"
(dry/din)