Jakarta Jadi Kota yang Bikin Stres Pengendara, Ini Aksi Nyetir Pemicu Stres

Jakarta Jadi Kota yang Bikin Stres Pengendara, Ini Aksi Nyetir Pemicu Stres

Tim detikcom - detikOto
Selasa, 07 Sep 2021 15:45 WIB
Kemacetan terlihat di Jalan MT Haryono, Jakarta. Meski PPKM di Ibu Kota kembali diperpanjang, kemacetan kembali terlihat di jalan-jalan Jakarta. Ini potretnya.
Pemicu stres di jalanan. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Jakarta menjadi salah satu kota yang paling bikin stres untuk berkendara. Pemicunya banyak, mulai dari kemacetan sampai tindakan pengendara lain yang memancing emosi.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi Inggris, Churchill, 87 persen pengendara mengaku stres saat berada di balik setir. Riset itu mengungkapkan, sesama pengendara di jalan raya menjadi sumber pemicu stres terbesar. Tailgating atau membuntuti kendaraan dengan jarak yang terlalu dekat menjadi pemicu stres paling umum.

Tiga dari 10 (30%) responden mengatakan mereka terpancing emosinya ketika pengendara lain mengikuti dengan jarak yang terlalu dekat. Sementara 29 persen mengatakan, pengemudi yang bersikap kasar di jalan merupakan penyebab stres saat berkendara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demikian pula, 28 persen responden mengatakan mereka menemukan pengemudi yang tidak pengertian dapat meningkatkan stres mereka. Sementara 20 persen responden mengatakan mereka stres karena pengemudi lain tidak memberikan isyarat seperti lampu sein saat berbelok.

Survei juga menunjukkan bahwa beberapa pengendara menjadi penyebab stres bagi pengguna jalan lain. Hampir empat dari 10 pengemudi (38 persen) mengaku memaki atau memberi gesture yang memancing emosi pengendara lain.

ADVERTISEMENT

Tak cuma aksi nyetir pengendara lain yang memicu stres. Setidaknya 26% responden mengatakan bahwa perbaikan jalan sangat membuat stres. Sementara 20% di antaranya merasa stres karena kemacetan lalu lintas dan 15% stres karena terjebak di belakang kendaraan yang lambat.

"Mayoritas pengendara pasti pernah mengalami situasi stres saat berkendara. Baik itu bertemu dengan pengemudi yang kasar, terjebak dalam kemacetan lalu lintas atau harus mengambil rute yang berbeda karena pekerjaan jalan," kata Alex Borgnis, Kepala Asuransi Mobil di Churchill.

"Dengan sepertiga orang yang terlibat dalam tabrakan pada tahun lalu mengklaim stres sebagai faktor, penting untuk diingat bahwa mengemudi membutuhkan konsentrasi penuh dan tetap tenang di belakang kemudi sangat penting untuk menjaga semua orang tetap aman," katannya.

Dia menyarankan, untuk mengurangi stres pengendara harus menyiapkan waktu lebih banyak untuk mencapai tujuan agar tidak terburu-buru. Disarankan pula beristirahat secara teratur dan memutar musik favorit.




(rgr/din)

Hide Ads