Krisis Bensin, Harga BBM di Lebanon Hampir Rp 36 Ribu per Liter

Krisis Bensin, Harga BBM di Lebanon Hampir Rp 36 Ribu per Liter

Muhammad Hafizh Gemilang - detikOto
Minggu, 15 Agu 2021 16:09 WIB
FILE- In this June 27, 2021 file photo, motorcycle drivers wait to get fuel at a gas station in a southern suburb of Beirut, Lebanon. A brawl at a gas station in northern Lebanon over scarce fuel supplies descended into deadly violence on Monday, Aug. 9, 2021, turning into a fight with knives and guns that killed one man, the countrys news agency said. (AP Photo/Hassan Ammar, File)
Warga Lebanon perlu mengantri untuk mendapatkan bahan bakar minyak yang mahal Foto: AP Photo/Hassan Ammar, File
Jakarta -

Sejak 2019, Lebanon tercatat mengalami krisis keuangan yang menyebabkan banyak orang sulit secara ekonomi. Kini negara yang bertetangga dengan Suriah dan Yordania ini terpantau sedang mengalami krisis kelangkaan bahan bakar minyak.

Akibat kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) tersebut, Global Petrol Prices mencatat harga BBM di Lebanon tembus angka 3.780 Pounds Lebanon, atau setara dengan Rp 35.994.

Harga BBM yang sangat tinggi di Lebanon, tercatat hampir mendekati mahalnya harga BBM di Hong Kong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hong Kong memang terkenal dengan harga BBM-nya yang tinggi. Namun hal tersebut berimbang dengan daya beli masyarakat.

Harga BBM di Hong Kong, dilansir dari Global Petrol Prices, per Agustus 2021 ini ada di angka Rp 36.820.

ADVERTISEMENT

Krisis BBM di Lebanon ini, menyebabkan aktivitas dari fasilitas umum terhenti. Termasuk toko roti, toko roti, bisnis, dan rumah sakit mengurangi operasi atau memutuskan untuk menutup operasinya.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (14/8/2021) BBM yang selama ini menjadi penggerak aktivitas di Lebanon telah lenyap. Warga Lebanon terpaksa kepanasan di rumah saat musim panas, hidup tanpa AC hingga gelap tanpa lampu. Mereka juga membuang isi kulkas, mobil yang dimiliki kini tanpa bensin.

Kian parah, kelangkaan BBM ini menyebabkan pemadaman listrik berkepanjangan. Banyak yang mengatakan kondisi kehidupan lebih buruk daripada selama perang saudara 30 tahun lalu tepatnya pada 1975-1990.

"Selama perang saudara, bahkan dengan betapa mengerikannya itu, tidak ada pemadaman listrik," kata salah satu warga Hassan Khalife.

Krisis BBM ini menjadi lanjutan dari krisis keuangan di Lebanon yang telah terjadi sejak 2019. Hal itu terjadi akibat korupsi dan salah urus selama beberapa dekade oleh elit penguasa yang gagal menemukan solusi saat lebih dari separuh populasi Lebanon telah tenggelam dalam kemiskinan.




(mhg/rgr)

Hide Ads