Produsen knalpot di daerah tengah mengalami periode sulit. Pandemi dan razia knalpot bising membuat usaha mereka terancam mati.
Salah satu produsen knalpot daerah yang terpukul pandemi dan kemudian marak razia knalpot bising adalah Saiman Mufller (SMF). Berlokasi di Karawang, bengkel ini mengalami penurunan produksi dan pendapatan yang luar biasa besar dibanding periode-periode sebelumnya.
"Jadi pas ada larangan knalpot bising, penurunan produksi knalpot sudah mulai terasa, terus di tambah adanya pandemi, makin merosot pendapatan," curhat Saiman, si pemilik bengkel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saiman sebelumnya punya 11 karyawan untuk memenuhi permintaan knalpot dari banyak daerah di Pulau Jawa. Namun kini dia tinggal punya satu orang karyawan.
![]() |
Kondisi tersebut tentu saja berpengaruh pada pendapatan yang dia terima. Jika sebelum-sebelumnya Saiman bisa mendapat Rp 100 juta sebulan, kini untuk mencapai Rp 5 juta saya sudah sulit.
"Bener-bener terjun bebas Kang, dulu itu hampir 100 juta perbulan, sekarang dapat 5 juta keatas juga susah," ungkapnya.
Untuk harga knalpot produksinya, Saiman mematok harga beragam.
![]() |
Knalpot 2 tak dihargai Rp 500.000, knalpot 4 tak Rp 400.000, sementara untuk Moge dibanderol Rp 2.500.000. Sedangkan untuk reparasi, kisaran harganya mulai Rp 200.000 hingga Rp 300.000.
Saiman menggunakan plat besi yang dipesan di pabrikan dan terkadang dari besi bekas atau limbahan untuk membuat knalpot di bengkelnya.
(din/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?