Berkaca dari kejadian para pengendara motor besar alias moge yang seenaknya terobos jalur Busway, hal tersebut menandakan betapa pentingnya pelajaran cara berkendara baik dan benar. Soalnya jika melihat kejadian di lapangan, masih banyak pengendara yang nekat melintas lajur Busway untuk bisa lebih cepat sampai tujuan, bahkan terkesan pelanggaran tersebut hal biasa dan bukan sesuatu yang salah.
Melihat peristiwa tersebut Instruktur sekaligus pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan dengan banyaknya pengendara yang nekat melintasi jalur Busway diakibatkan kurangnya pendidikan akan pentingnya keselamatan dan kenyamanan berkendara.
"Seseorang kalau memiliki logika atau akal sehat, berdasarkan pengetahuan dirinya atau mengeti atau paham bahwa aturan lalu lintas itu kebutuhan bukan hanya peraturan atas keselamatan, kelancaran dan kenyamanan orang lain, itu (tidak melanggar peraturan) harusnya dilakukan," ucap Jusri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kedua, selain pengetahuan mereka harus memiliki keterampilan dan ketiga harus memiliki attitude, mampu menahan emosi, dan lain-lain. Karena pelanggaran ini seperti hal biasa dan dilakukan banyak orang. Kemarin karena ini moge yang melanggar jadi sangat mudah sekali mengangkat, padahal ini tidak hanya dilakukan pengendara moge," Jusri menambahkan.
Lalu bagaimana bisa mengatasinya agar tidak ada lagi pengendara yang nekat terobos jalur Busway Transjakarta nih?
"Lalu bagaimana mengatasinya? Metodologi pendidikan di Indonesia sedikit berbeda dengan negara-negara maju, kita terlalu general, mereka sudah spesifik dan mereka semua siap pakai. Untuk itu cara berkendara yang baik benar, attitude itu semuanya harus mulai diberikan dari dasar atau dari dini," kata Jusri.
![]() |
"Contoh paling sederhana, kecelakaan yang mengakibatkan kecelakaan itu lebih besar dibandingkan dengan kecelakaan pesawat. Kenapa demikian, karena mengendarai pesawat itu ada sekolahnya makanya mereka tertib. Faktanya jumlah kematian kecelakaan itu sangat besar karena sepeda motor, untuk itu harus diperbaiki metodologi atau edukasi dasar harus diubah, sehingga orang-orang yang melakukan sesuatu tidak hanya tahu tapi juga mengerti," Jusri berkata.
Sehingga Jusri sangat berharap pengetahuan tentang berkendara bisa benar-benar diterapkan dari semenjak kecil.
"Sistem pendidikan Indonesia tidak membangun konektif, mereka hanya tahu dan tidak mengerti, banyak pengendara di Indonesia hanya terampil tetapi belum kompeten," tutup Jusri.
(lth/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?