Pemerintah kembali melarang mudik ke kampung halaman sebagai upaya menekan penyebaran COVID-19. Di sisi lain, Perusahaan Otobus yang tengah berusaha bangkit dari pandemi, bisa kehilangan pendapatan hingga ratusan juta rupiah per harinya.
Pada prinsipnya, Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kuria Lesani Adnan mengikuti kebijakan pemerintah. Tapi dia menekankan kelangsungan perusahaan otobus saat ini belum pulih usai terdampak COVID-19.
"Kita tidak bijak membahas kerugian secara angka, jelas kalau kami tidak beroperasi berarti nol. Dampak psikologis terhadap insan transportasi khususnya yang harus pemerintah pertimbangkan," ungkap Sani kepada detikOto, Jumat (26/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kami masih jauh dari pulih apalagi kalau keputusan ini diteruskan ya sudah tau lah apa yang akan kami alami tanpa saya harus jelaskan," sambung Sani.
Saat ini di Indonesia ada kurang lebih 30 ribu bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) dan bus AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) yang beroperasi. Sebelum kebijakan larangan mudik diberlakukan, sudah banyak di antara Perusahaan Otobus yang mengurangi jumlah armada operasionalnya.
Sejak bulan Maret lalu operasional bus AKAP dan AKDP tinggal 10 persen dari jumlah maksimal. Selain itu, okupansi penumpang pun tersisa 15-20 persen dari kapasitas maksimal. Dengan adanya pelarangan mudik, bus-bus yang biasanya meramaikan jalanan Indonesia saat momen pulang kampung itu kini harus berhenti sementara.
Direktur Operasional PO Bejeu, Iqbal Tosin mengungkapkan berapa potensi kehilangan pendapatan per hari. Di masa mudik, potensi pendapatan dari penjualan tiket, per hari bisa sampai Rp 450 juta.
Itu baru potensi kehilangan pendapatan per hari. Jika dihitung berdasarkan lama waktu pelarangan mudik, kerugiannya jelas bisa mencapai belasan miliar rupiah. Di mana Iqbal mengatakan arus mudik dan arus balik itu sekitar 40 hari.
"Potensi kerugian pada musim lebaran jika diminta stop operasi, dari penjualan tiket sebesar 18 Miliar," ungkap Iqbal.
Padahal momen lebaran merupakan satu-satunya yang ditunggu untuk menutupi kekurangan operasional selama pandemi setahun belakangan. Apalagi PO Bus juga sudah menerapkan protokol kesehatan, plus vaksinasi sudah dilakukan pada beberapa orang, hal ini akan membuat masyarakat lebih yakin berpergian.
"Padahal masa lebaran tahun ini, kita berharap bisa membantu meng-cover kerugian-kerugian yang kita alami selama pandemi ini. Harapan kita sebagai insan transportasi, semoga tetap bisa jalan dalam melayani masyarakat," ungkap Iqbal.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini