DKI Jakarta keluar dari daftar 10 kota termacet dunia. Jakarta kini menempati peringkat ke-31 kota-kota dengan trafik lalu lintas terpadat di dunia. Bahkan di level Asia, Jakarta hanya menempati peringkat ke-12.
Data tersebut merupakan hasil penelitian dari lembaga survei Tom Tom. Berdasarkan laporan Tom Tom Traffic Index tahun 2020, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet dunia. Kini, Jakarta berada di posisi ke 31 dari total 416 kota lain di dunia.
Jakarta memiliki days with low traffic atau hari-hari dengan trafik rendah selama 141 hari, dengan congestion level (level kemacetan) sekitar 36%. Menurut infografis yang diunggah oleh akun Instagram resmi Pemprov DKI Jakarta, peringkat Jakarta dalam hal indeks kemacetan, terus mengalami perbaikan dalam empat tahun terakhir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan hasil survey dari lembaga yang sama, tahun 2017 Jakarta menempati peringkat ke-4 kota termacet dunia dengan level kemacetan 66%, lalu pada 2018 peringkatnya turun ke posisi 7, dengan tingkat kemacetan 53%, sementara pada tahun 2019 turun ke peringkat 10, dengan level kemacetan 53%.
Sejauh ini berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk mengurai kemacetan di jalanan ibu kota. Selain perluasan ganjil-genap untuk kendaraan pribadi, Pemprov DKI Jakarta juga membuka rute-rute baru untuk area layanan Transjakarta, termasuk mengintegrasikan Transjakarta dengan angkutan perkotaan dan mewadahi program JakLingko.
Di luar kebijakan tersebut, sepanjang 2020 jalanan Jakarta memang sepatutnya tidak sering mengalami kemacetan, lantaran pemberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) seturut terjadinya pandemi virus Corona (COVID-19).
Baca juga: Macet Terus, Desain Jakarta Bakal Diubah |
"Itu kan (data) tahun 2020. Tahun 2020 kan memang masa PSBB cukup lama, ada 2 bulan. Jadi itu tingkat kemacetannya jelas berkurang total. Terus masa PSBB transisi juga belum sepenuhnya pulih," buka Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas, melalui sambungan telepon kepada detikOto, Senin (18/1/2020).
Sementara itu sehubungan dengan okupansi transportasi umum yang biasanya berkorelasi dengan rendahnya tingkat kemacetan, menurut pria yang akrab disapa Tyas itu, sepanjang 2020 jumlah penumpang angkutan umum mengalami penurunan akibat pandemi.
"Jadi (pertanyaannya) apakah tidak macetnya itu karena orang kebanyakan di rumah atau bagaimana? Karena kalau kita lihat juga jumlah penumpang angkutan umum, baik KRL, MRT, BRT, LRT itu kan rendah, di bawah 40%. Jadi menurut saya (data indeks kemacetan Tom Tom 2020) itu agak sulit dikomentari," sambungnya.
"Data itu memang benar, enggak menipu. Tetapi kan situasinya beda. Karena kondisi lalu lintas faktual 2020 belum dapat dijadikan sebagai indikator, sehubungan kondisi pandemi. Sehingga kondisinya abnormal," bilang Tyas.
(lua/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah