Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, langganan macet saat akhir pekan atau libur nasional. Berbagai cara untuk mengurai kemacetan Puncak diajukan, namun saban akhir pekan kawasan Puncak masih terus mengalami kemacetan.
Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas, menyebut ada beberapa solusi untuk mengurai kemacetan yang bersifat makro dan mikro.
"Yang makro saya kira terkait dengan tata ruang, menurut saya kita perlu mendesaain kembali pembangunan perkotaan di wilayah Jabodetabek yang berwawasan lingkungan, sosial dan inklusif sehingga masyarakat merasa nyaman tinggal di kawasan-kawasan perkotaan," ujar Darmaningtyas dalam Webinar "Puncak, Mengapa Diminati Meski Macet Menanti", Selasa (29/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyarankan, agar tak melulu ke kawasan Puncak, disarankan untuk menciptakan oase baru atau wilayah wisata baru di sekitar Jabodetabek.
"Saya kira orientasi pembangunan yang berwawasan lingkungan seharusnya menjadi orientasi pembangunan seluruh wilayah. Sehingga tercipta oase-oase baru di wilayah Jabodetabek. Maka sebetulnya orang tidak perlu ke Puncak, meski ada dua hal yg sulit ditandingi dari puncak, yaitu nature atau alam dan culture atau budaya. Kalau nature dan culture itu bisa dibangun di kawasan kota-kota di wilayah Jabodetanek maka itu akan menarik orang-orang yang sebelumnya ke Puncak akan ke tempat-tempat tersebut," jelasnya.
Darmaningtyas lebih setuju membangun kawasan wisata mirip Puncak di sekitar Jabodetabek sehingga masyarakat tak perlu ke Puncak. Untuk mendukung itu, dia menyarankan agar meminimalisir pembangunan jalan-jalan baru yang mendukung orang tetap berwisata ke Puncak.
"Karena begitu makin banyak jalan tol dibangun, kebutuhan rekreasi makin meningkat. Karena sehari-hari mereka hidup di jalanan yang gersang. Sehingga di akhir pekan, atau di masa libur orang pengin ke Puncak. karena nggak ada alternatif lain. Itu sebetulnya agak kontradiktif kalau kita ingin mengatasi Puncak tetapi dengan memperlebar atau dengan membangun kawasan-kawasan tol baru di wilayah Jabodetabek. Mestinya yang harus dikembangkan adalah kawasan-kawasan yang hijau yang menjadi oase baru. Karena pasti tol-tol baru akan mendorong pergerakan ke Puncak yang semakin banyak," ucapnya..
Sementara dari segi mikro, Darmaningtyas menyarankan agar kawasan Puncak dibebaskan dari kendaraan pribadi, kecuali bagi warga yang tinggal dan/atau memiliki usaha di sana. Jadi, jalur Puncak nantinya hanya untuk angkutan umum sehingga lebih lancar.
"Pindahkan pergerakan orang yang akan ke Puncak menggunakan angkutan umum. Katakanlah orang yang dari Priok, dari Bekasi, penjemputannya dari sana, bukan dari park and ride, tapi dari asal perjalanan," ucapnya.
Layanan transportasi umum juga harus diperbaiki. Sehingga ke depan tidak ada lagi angkutan umum yang ngetem menunggu penumpang yang berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas.
"Membangun fasilitas park and ride di pintu-pintu masuk Puncak lalu disediakan shuttle bus sedang yang lebih nyaman untuk mengantarkan sampai tujuan," saran Darmaningtyas.
Saran lainnya dari Darmaningtyas adalah mengurangi U-Turn sebidang dengan membangun fly over untuk memutar balik. Dengan infrastruktur ini, putar balik tidak akan menimbulkan kemacetan.
"Karena putar balik di kawasan Puncak dengan jalan yang sempit itu akan menimbulkan tundaan perjalanan dan akhirnya berdampak pada kemacetan," sebutnya.
Kemudian mengurangi penyeberangan sebidang dengan membangun underpass atau jembatan penyeberangan. Dan yang terakhir, optimalisasikan jalur alternatif.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Motor Boleh Wara-wiri di Jalan Tol Malaysia, Gratis