Pandemi COVID-19 benar-benar membuat Indonesia kelimpungan diberbagai sektor terutama soal perekonomian dan kesehatan. Meski demikian pandemi ini bisa menjadi momen Indonesia mengejar ketertinggalan terutama soal kendaraan ramah lingkungan.
Program Director INDEF Esther Sri Astuti, dalam webinar diskusi virtual Industri otomotif dengan tema Upaya Pemerintah Bangkitkan industri otomotif dari Dampak Pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu, menjelaskan Indonesia bisa bangkit dalam masa pandemi, yang belum diketahui kapan akan berakhir. Salah satunya dengan memberikan kebijakan yang mendukung industri otomotif berkembang.
"Pajak nol persen pun belum tentu meningkatkan penjualan karena COVID-19 ini juga membuat banyak sektor terpuruk dan harus diperbaiki, seperti daya beli masyarakat harus diperbaiki, kebutuhan membeli mobil belum terlalu," ujar Esther.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya cenderung memberikan masukan ke pemerintah untuk memberikan insentif pada produk yang ramah lingkungan berbahan bakar listrik atau baterai, tapi harus disiapkan juga infrastukturnya. Jangan seperti kendaraan berbahan gas, saat ini masih jarang SPBU gas padahal kendarannya sudah ada, oleh sebab itu infrastruktur juga harus dipersiapkan." Esther menambahkan.
Esther menilai jika pemerintah sudah memberikan insentif fiskal, perubahan tidak akan berdampak langsung.
"Kalau sudah diberikan insentif fiskal tidak cukup memperbaiki industri otomotif, ini ibarat larinya lari marathon jangan berharap sudah diberikan obat langsung bisa sembuh," ucap Esther.
![]() |
"Kita tahu pemerintah sudah memberikan kebijakan seperti tax relaksasi kredit, tetapi yang harus didorong prosedurnya, informasinya, itu harus transparansi agar para pengusaha bisa mengupply insentif itu dan ini harus dipermudah. Selain itu kebijakan pemerintah tidak hanya kepada insentif fiskal saja untuk perusahaan-perusahaan tetapi demand-nya juga. Karena pada konsumen ada penurunan daya beli ini harus didorong dulu dari sisi demand dan suplainya," Esther menambahkan.
Menurut Esther Indonesia harus berkaca kepada negara lain agar bisa menstimulus pembelian kendaraan, terutama kendaraan ramah lingkungan.
"Seperti di Belanda, Norwegia dan Jepang, untuk setiap pembelian kendaraan ramah lingkungan akan mendapatkan insentif. Terlebih kita memiliki potensi untuk memproduksi baterai, saat ini kita mendukung larangan ekspor nikel dan ini sudah diprotes negara-negara Eropa, itu tidak masalah Indonesia harus lebih berani," tutup Esther.
(lth/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah