10 November selalu diingati sebagai momen Hari Pahlawan. Di tanggal tersebut pada tahun 1945, terjadi pertempuran besar di Jawa Timur, di mana Kota Surabaya dibombardir oleh pasukan sekutu. Salah satu pemicu peperangan tersebut adalah terbunuhnya Brigadir Jenderal AWS (Aubertin Walter Sothern) Mallaby.
Sedikit cerita, Komandan Brigade Infanteri India Ke-49 Kerajaan Inggris Brigadir Jenderal AWS Mallaby bersama pasukannya punya tugas penting untuk melucuti tentara Jepang dan menyelamatkan tawanan Sekutu.
Namun nahas bagi sang Jenderal. Dia terjebak dalam sebuah peristiwa pertempuran antara prajurit TKR dan para laskar rakyat, yang menolak kedatangan tentara sekutu di Surabaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 8 Film Pilihan Sambut Hari Pahlawan |
Mallaby pun tewas terbunuh pada tanggal 30 Oktober 1945. Mobil yang ditumpanginya mendapat serangan dari para milisi Republik Indonesia. Dikabarkan, ada seseorang yang melempar granat ke mobil Jenderal Mallaby, sehingga mobil itu terbakar di bagian belakangnya.
Melansir dari berbagai sumber, saat itu Mallaby sedang menumpangi mobil buatan Amerika Serikat, Buick 8. Mobil ini diproduksi pada 1939 dengan jumlah terbatas sekitar 1.451 unit. Buick 8 juga menjadi mobil dinas pertama yang digunakan oleh Presiden Soekarno.
Bicara spesifikasi, Buick 8 dibekali dapur pacu 8 silinder, 5.248 cc, yang punya perbandingan bore x stroke, 87,3 mm x 109,5 mm. Mesin tersebut sanggup menghasilkan tenaga maksimal 141 dk pada 3.600 rpm.
Baca juga: 7 Mobil Pertama di Dunia |
Kembali ke Surabaya, kematian Jenderal Mallaby membuat Panglima Sekutu marah besar. Mereka pun menuduh prajurit Indonesia sebagai pembunuhnya.
Ben Anderson dalam bukunya, Revoloesi Pemoeda menyebut kematian Jenderal Inggris itu menjadi titik tolak peristiwa lebih dahsyat kemudian. Pada 9 November 1945 komandan tentara Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum.
Semua senjata milik laskar harus diserahkan kepada tentara Sekutu sebelum pukul 6 pagi hari berikutnya. Sekutu juga meminta orang yang membunuh Jenderal Mallaby diserahkan.
Jika perintah itu tak dituruti, pada 10 November 1945, tentara Sekutu akan membumihanguskan Surabaya. Ultimatum itu kembali tidak ditanggapi rakyat Surabaya.
Gubernur Suryo mengumumkan melalui radio bahwa Surabaya akan melawan sampai titik darah penghabisan. Tepat pukul 6 pagi pada 10 November 1945, Sekutu mulai membombardir Surabaya dari laut dan udara.
Pembalasan Sekutu atas kematian Jenderal Inggris ini yang memicu perang besar di Surabaya selama tiga pekan. Pada akhir bulan, seluruh kota akhirnya jatuh ke tangan Sekutu.
Pejuang Indonesia yang masih hidup mundur ke arah Sidoarjo dan Mojokerto. Diperkirakan lebih dari 10 ribu pejuang Indonesia dan ratusan tentara Sekutu gugur dalam pertempuran ini.
Untuk menghormati aksi heroik dalam pertempuran Surabaya, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan.
(lua/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah