Korban Kecelakaan Lalu Lintas Banyak yang Jadi Miskin, Kok Bisa?

Korban Kecelakaan Lalu Lintas Banyak yang Jadi Miskin, Kok Bisa?

Ridwan Arifin - detikOto
Rabu, 30 Sep 2020 06:46 WIB
Kecelakaan lalu lintas terjadi di flyover Lempuyangan, Gondokusuman, Yogyakarta, Rabu (1/7/2020).
Ilustrasi kecelakaan Foto: Jauh Hari Wawan S
Jakarta -

Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) Edo Rusyanto menjelaskan Indeks kecelakaan lalu lintas Indonesia mengkhawatirkan. Di sisi lain, kecelakaan lalu lintas ternyata juga membuat korbannya menjadi miskin.

"Sepanjang 75 tahun Indonesia merdeka, sebenarnya masalah yang sangat serius itu ya ini. Dampak kecelakaan lalu lintas jalan yang memiskinkan korban, atau keluarga korban," ungkap Edo saat diskusi virtual 75 Tahun RI bertajuk 'Sudahkan Kita Merdeka di Jalan Raya', Selasa (29/9/2020).

Edo menyampaikan pada 2018, dari 100 ribu penduduk, ada 12 orang meninggal akibat kecelakaan. Sementara pada 2009, dari 100 ribu penduduk, sembilan orang meninggal akibat kecelakaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun, dari sisi kasus, terjadi penurunan 22,2% menjadi 7,4 dari sebelumnya 9,3. Artinya, dari 10 ribu kendaraan ada sembilan kecelakaan pada 2019, sedangkan 2018 hanya tujuh kendaraan," jelas Edo.

Kecelakaan tidak hanya mendatangkan risiko meninggal dunia dan luka berat. Tetapi juga menimbulkan dampak yang merugikan bagi keluarga.

ADVERTISEMENT

Mengapa demikian? Sebab angka kecelakaan tertinggi masih berada di usia produktif di mana sebagian besar juga merupakan tulang punggung ekonomi keluarga.

"Ini penelitian yang dilakukan sekolah tinggi manajemen transportasi POLRI, 63 persen keluarga korban kecelakaan itu menjadi miskin."

"Misalnya dia (korban) adalah tulang punggung keluarga, kemudian hilang sumber ekonominya, praktis anak dan istrinya, akan terpengaruh dari sisi kesehatan, pendidikan, makanan, dan seterusnya," jelas dia.

Lebih lanjut dalam riset itu juga disebutkan kategori Keluarga Korban Berat, sebanyak 67 persen tingkat kesejahteraan turun, 13 persen mengalami kemiskinan, 7 persen ekonomi dapat pulih, dan 12 persen tidak mengalami penurunan ekonomi.




(riar/din)

Hide Ads