Demam Sepeda Melanda Indonesia: Bagus Sih, tapi.....

Demam Sepeda Melanda Indonesia: Bagus Sih, tapi.....

M Luthfi Andika - detikOto
Selasa, 15 Sep 2020 18:53 WIB
Warga melintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (14/9/2020). Memasuki masa PSBB total, sebanyak 10 titik kawasan pesepeda di Jakarta ditiadakan. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Ilustrasi jalur sepeda Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Jakarta -

Di tengah pandemi virus Corona sepeda jadi pilihan transportasi baru bagi banyak kalangan masyarakat. Fenomena ini bisa dipahami lantaran sepeda merupakan alat transportasi yang lebih individu, selain punya pengaruh baik buat kesehatan penggunanya.

Namun perkembangan luar biasa dalam hal jumlah pesepeda justru bisa jadi kabar buruk buat pesepeda yang lain. Bukan apa-apa, banyak pesepeda pemula di Jakarta yang seenaknya saja dalam berkendara. Bukan cuma tak mengacuhkan aturan keselamatan, tapi juga tak taat dengan protokol-protokol kesehatan. Demikian disampaikan Ketua Komunitas Bike To Work, Poetoet Soedarjanto pada ajang Webinar 'Bijak Bertransportasi di Era Pandemi COVID-19' yang digelar BPTJ.

"Ini jadi kabar yang menggembirakan sepeda menjadi alat transportasi. Tapi ada kekhawatiran. Karena banyak pesepeda yang kerap mengabaikan protokol kesehatan," kata Poetoet

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menjadi kabar gembira karena sepeda bisa menjadi solusi bertransportasi, karena kita tahu kemacetan, kecelakaan, polusi udara dan lain-lain sudah sangat mengkhawatirkan. Kita harus bangun kesadaran untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, tapi menggunakan sepeda, jalan kaki atau transportasi umum," Poetoet menambahkan.

Viral Sepeda Masuk Tol di BogorViral Sepeda Masuk Tol di Bogor Foto: Screenshot Video Viral

Sudah sekitar 15 tahun menyusuri jalan ibukota menggunakan sepeda, Poetoet mengeluhkan masih buruknya fasilitas dan ketersediaan saran yang memadai untuk para goweser.

ADVERTISEMENT

"Saya hampir 15 tahun menggunakan sepeda untuk bisa pulang pergi dari rumah ke kantor. Selama itu tidak ada jalur sepeda atau trotoar yang mumpuni. Begitu juga dengan angkutan umum dari 24 km yang saya tempuh hanya 9 persen yang ada jalur transportasi umum padahal saya hanya berada di pinggir kota," ucap Poetoet.

Sehingga, menurut Poetoet, pada masa pandemi saat ini harusnya bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk lebih memanjakan pengguna sepeda dan pejalan kaki dengan menciptakan sarana yang lebih baik.

"Pandemi ini menjadi peluang untuk melahirkan jalur sepeda dan bisa lebih memfasilitasi pengguna sepeda seperti di negara lainnya. Mungkin sekian tahun lalu di negara tertentu atau kawasan tertentu itu tidak ada jalur sepeda, namun saat ini sudah ada jalur yang tidak boleh dilalui kendaraan pribadi. Di sana bisa, kita tentu juga bisa, buktinya saya 15 tahun bisa beraktivitas menggunakan sepeda, masa yang lain tidak bisa?" ujarnya.

Ke depannya, Poetoet berharap pada setiap stasiun ada parkir khusus sepeda. Sehingga para pesepeda bisa dengan tenang menaruh sepeda mereka sebelum menggunakan transportasi umum.

"Harapannya sih ke depannya saat pengguna sepeda hendak ingin menggunakan angkutan umum, para pesepeda bisa memarkirkan sepedanya di setiap terminal atau stasiun. Selanjutnya para pesepeda juga boleh bawa sepeda ke dalam moda transportasi, misalnya pengendara sepeda diperbolehkan membawa sepeda lipat ke dalam bus atau ditaruh di atap bus. Ini akan mendorong pengguna sepeda motor menggunakan sepeda," tutup Poetoet.




(lth/din)

Hide Ads