Dua Cara Perbaikan Ban dengan Metode Vulkanisir

Dua Cara Perbaikan Ban dengan Metode Vulkanisir

Rizki Pratama - detikOto
Selasa, 07 Jul 2020 15:59 WIB
Ilustrasi Ban Mobil Pecah
Ilustrasi ban mobil. Foto: Newspress
Jakarta -

Meski ban merupakan bagian kendaraan yang penting, ketika sudah tak layak pakai masih banyak cara untuk mengakalinya tanpa harus membeli ban baru. 'Restorasi' ban ini disebut dengan vulkanisir yang cenderung lebih murah jika daripada membeli baru.

Ada dua jenis proses pengerjaan ban vulkanisir, dingin dan panas. Proses vulkanisir merupakan penambahan lapisan luar ban yang direkatkan lalu dipanaskan. Beda dari panas dan dingin adalah tingkat suhunya.

"Ban vulkanisir itu ada 2 jenis, vulkanisir dingin dan panas. Ban Vulkanisir dingin, itu telapaknya atau kembangnya sudah jadi. Misalnya ban ini sudah habis atau sudah botak, kita ratain lagi kita kasih adiktif lalu kita tempel telapak baru tersebut. Lalu kita panaskan dengan temperatur hingga 90 derajat. Sedangkan kalau ban vulkanisir panas, itu ban botak ditempel karet juga dimasak 120 derajat," kata Manager Training PT Sumi Rubber (Agen Pemegang Merek Dunlop di Indonesia-Red), Bambang Hermanu, di Cikarang, Jawa Barat beberapa waktu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil dari dua proses vulkanisir ini juga memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ban vulkanisir panas memiliki daya rekat lebih lama sedangkan dingin tapaknya lebih kuat.

"Masing-masing memiliki keunggulan masing-masing. Kalau ban vulkanisir panas daya rekatnya lebih tinggi. kalau dingin telapaknya lebih kuat. Biasanya untuk pembuatan kalau vulkanisir pertama itu menggunakan sistem dingin, kalau ban vulkanisir pertamanya panas maka ban itu tidak bisa di-vulkanisir lagi," katanya.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi satu yang pasti kualitasnya tak akan menjadi kembali 100 persen seperti baru. Begitu juga dengan durabilitas, ban vulkanisir tidak akan lebih lama daripada ban baru.

"Soal performa (vulkanisir panas dan dingin) sama, kira-kira hanya mencakup 80 persen dari ban asli. Kalau ban baru 70 ribuan km, ban vulkanisir kira hanya 50-60 ribu km. jadi sebenarnya tidak bahaya, tapi asalkan vulkanisirnya dengan cara-cara yang benar. Tapi sayangnya, di Indonesia banyak ban vulkanisir produksi rumahan, yang masak menggunakan gas 3 kg (jadi tidak layak-Red)," tambah Bambang.

Lalu bagaimana mengetahui bagus atau tidaknya satu ban vulkanisir di Indonesia?

"Kalau ban vulkanisir yang bagus itu ada brand-brand-nya saja (atau dilakukan oleh brand ternama-Red). Biasanya Dishub tahu itu (brand mana yang bagus-Red). Kalau mau cari-cari ban vulkanisir yang bagus atau tidak itu bisa saja. Misalnya komponnya kusam, kembangnya kasar, sambungannya tidak rata. Ini satu cara mengetahui perusahaan itu sehat atau tidak sehat," tukas Bambang.




(rip/lth)

Hide Ads