Renault menutup bisnis mobil penumpangnya di China menyusul penjualan yang buruk dalam beberapa tahun belakangan ini. Di China Renault menggandeng Dongfeng Motor Group dalam memasarkan produknya.
Belum lagi penjualan otomotif Cina diperkirakan akan memburuk tahun ini karena krisis virus Corona. Kondisi ini membuat Renault yang sedang berjuang di pasar otomotif terbesar dunia ini menghembuskan nafas terakhirnya.
Renault menjalin kerjasama dengan Dongfeng pada tahun 2013. Tiga tahun kemudian kerjasama tersebut mulai memproduksi mobil bertenaga gas di Wuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Renault tak sepenuhnya berhenti berbisnis di sini. Bersama aliansinya, yaitu Nissan akan akan tetap melanjutkan rencana pengembangan mobil listrik di China.
Dongfeng sudah mengantisipasi kemungkinan keluarnya Renault dari usaha patungannya itu sejak tahun lalu. Kinerja penjualan mereka terus berada dalam tekanan jauh sebelum virus corona melanda.
Baca juga: Nasib Nissan Semakin Terpuruk? |
Renault hanya menjual 18.607 unit mobil pada tahun 2019, jauh di bawah kapasitas produksi per tahunnya sebesar 110.000 unit. Buruknya penjualan ini mengakibatkan kerugian lebih dari USD 212 juta atau sekitar Rp 3,3 triliun.
Dongfeng akan mengambil 50% saham Renault dalam usaha patungan mereka untuk memanfaatkan pabrik mobil yang tidak akan lagi membuat mobil bermerek Renault. Karyawan yang terlibat dalam kerjasama ini juga akan segera diatur kembali oleh Dongfeng.
(rip/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?