Efek negatif ini, menurut Yannes, juga akan menyasar para distributor resmi kendaraan, termasuk dealer. Stok kendaraan mereka yang siap dijual akan terganggu, sehingga dealer mendapatkan komplain dari para konsumen.
"Lalu stok kendaraan yang mereka miliki semakin sulit dijual akibat seruan pemerintah pada masyarakat agar diam di rumah. Masyarakat yang awalnya pegang uang untuk beli kendaraan baru saat Idul Fitri, akhirnya mengalihkan uangnya untuk beli kebutuhan pokok dalam jumlah besar," jelas akademisi dari Institut Teknologi Bandung itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Yannes, krisis ini akan semakin berlarut-larut, saat masa darurat bencana akibat virus corona diperpanjang hingga Mei 2020. Suasana ekonomi yang tidak pasti, membuat masyarakat semakin menahan pembelian produk kebutuhan tersier, termasuk kebutuhan akan kendaraan bermotor.
"Jika pembelian terhenti, maka dealer pun tidak dapat melakukan pemesanan kendaraan untuk diproduksi oleh pihak pabrikan. Pabrik akan terganggu produksinya, sedangkan karyawan yang harus digaji begitu besar jumlahnya. Ini kemudian jadi beban berat perusahaan. Apabila bekepanjangan, dengan terpaksa mereka mulai merumahkan karyawannya dengan pemotongan gaji, bahkan bukan tidak mungkin, hingga PHK," ujar Yannes.
(lua/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?