"Kebijakan integrasi umum perkotaan sudah lama didengungkan, namun belum bisa terwujud sempurna hingga sekarang," kata Djoko melalu keterangan resmi yang diterima detikcom, Senin (13/1/2020).
Integrasi di antaranya fisik, jadwal, dan pembayaran. Yang belum terlaksana adalah integrasi pembayaran dengan menggunakan kartu pintar yang memungkinkan satu kartu untuk beberapa jenis layanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Integrasi pembayaran hingga kini belum dapat dilakukan. Harapan publik, ke depan sudah terjadi integrasi pembayaran. Publik tidak perlu lagi membayar setiap berganti moda transportasi umum," ujarnya.
Lebih lanjut, tarif yang terjangkau dan terintegrasi antarmoda akan membuat orang lebih memilih angkutan umum. Hasil penelitian Badan Litbang Perhubungan tahun 2013, menyebutkan pengguna KRL Jabodetabek mengeluarkan 32 persen dari pendapatan tetap bulanan untuk belanja transportasi rutin.
Ia menyebut Bank Dunia memberi syarat maksimal 10 persen pendapatan tetap bulanan dibelanjakan untuk transportasi rutin.
Djoko menggambarkan warga Jabodetabek yang dalam kesehariannya menggunakan transportasi umum.
"Apabila menggunakan KRL Jabodetabek relatif murah. Namun ongkos perjalanan dari tempat tinggal menuju stasiun kemudian dari stasiun tujuan menuju tempat bekerja lebih mahal," kata Djoko.
"Jika membawa kendaraan pribadi harus membayar parkir di stasiun. Total ongkos yang dikeluarkan untuk transportasi bisa mencapai rata-rata di atas Rp 30 ribu," ungkapnya.
Hadirnya PT MRT Jakarta (Perseroda) bekerja sama dengan Kementerian BUMN lewat PT KAI mendirikan perusahaan patungan bernama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek diharapkan bisa bisa mencapai standar pelayanan dan operasional maksimal untuk memberikan dampak yang besar dan menyeluruh seperti menekan biaya dan waktu tempuh perjalanan.
"Ketepatan waktu dan kemudahan dalam berpindah (mobilitas) akan selalu menjadi alasan utama pemilihan moda transportasi untuk menunjang mobilitas warga kota," bilangnya.
"Tanpa integrasi, jangan harap memiliki kota dengan sistem transportasi yang manusiawi dan efisien bagi penduduknya," jelas Djoko.
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah