"Jadi gini, kalau solar cor itu manajemennya jatah solar tidak dibatasi. Artinya, pengemudi itu bisa ngabisin solar berapapun, dan sama perusahaan di-cover," kata Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau target (atau jatah) kayak yang ada di kita, kita hitung kilometer kita bagi rasio. Misalnya Jakarta-Wonogiri, kita target atau kita jatah 300 liter solar, pokoknya dia harus bermain di angka itu, kalau lebih ditombok sendiri. Nah sebaliknya, kalau (konsumsi solar) kurang dari 300 liter, ya sisanya uangnya bisa diambil pengemudi," lanjut Sani.
Dibanding sistem solar cor, menurut Sani sistem solar jatah lebih banyak keuntungannya. Sebab selain bisa efisien dari segi pengeluaran bahan bakar, sistem solar jatah bisa mengontrol pengemudi bus supaya tetap berkendara secara aman dan tertib lalu lintas.
"Nah makanya kalau kita perhatikan, secara relatif bus yang sering laka (kecelakaan) itu bus yang pakai sistem solar cor," terang Sani.
Sementara pengemudi yang menggunakan sistem solar jatah bisa lebih aman dan terkendali saat berkendara. Sebab ia harus menjaga perilakunya dengan baik, mulai cara menjaga rpm, cara menjaga speed. Dan jika ia mengemudi secara ugal-ugalan, maka solar akan cepat habis dan ia berpotensi membayar kekurangan biaya solar tersebut.
"Jadi sistem solar jatah ini bisa mengontrol mereka untuk tidak ugal-ugalan. Karena kalau dia ugal-ugalan tapi selamat, dia pasti nombok solar. Jadi kalau lihat di tol itu perbedaannya, kalau bus yang dijatah solar itu pasti larinya konstan, larinya kenceng tapi stabil," kata Sani. (lua/ddn)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar