Salah seorang pelaku jasa ini mengakui sulitnya mendapat pelanggan saat ini. Kondisi berbeda sekali dengan zaman di mana odong-odong pertama kali muncul dan menjadi sebuah kendaraan yang unik.
"Dulu enak nyari duitnya Rp 150 ribu cepet setengah hari. Dulu belum ramai odong-odong dan booming. Sekarang udah nggak asing biasa aja," kata Lamidi, pembuat odong-odong saat ditemui di bengkelnya, Bekasi, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya ke warung kaya ngopi ada anak belum pernah narik sini deket sama warga dulu. Ntar ada anak satu nggak usah bayar dulu pancingan ntar temannya naik besoknya udah terus," kata Supangat saat ditemui di tempat yang sama.
Ia mengatakan proses pendekatan itu sebenarnya tak terlalu sulit dan lama. Setidaknya dalam waktu sau minggu sudah dapat perhatian anak-anak di suatu tempat operasi odong-odong.
"Cuma seminggu udah dapat. Harus ada caranya untuk mendapatkan simpati anak anak," tambahnya.
Selain itu tentu odong-odong tetap harus mengikuti tren terbaru yang sedang ramai ditonton anak-anak dari layar kaca. Kepekaan terhadap tren ini akan membuat keberadaan odong-odong dapat terus bertahan.
"Dulu kan modelnya kayak kereta Thomas ada moncongnya sekarang modelnya bus Tayo jadi sudah dikenal anak-anak dulu di TV. Jadi ada rasa pengin main bareng jadi dikenal dulu tinggal ikutin aja nanti apa trennya," pungkas Lamidi.
(rip/dry)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP