Namun berbagai oknum pengendara terkadang memanfaatkan hal tersebut untuk memecah kemacetan jalan, sehingga tak jarang membuat masyarakat khawatir salah memberikan jalan.
"Rotator dan sirine hanya digunakan ketika membawa pasien atau memang ketika emergency seperti menjemput atau mengantar ke rumah sakit, sesuaikan dengan kebutuhan," ucap salah satu sopir ambulans RSUD Pasar Rebo Roviq Hidayat kepada detikcom di Jakarta Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tingkat suara dan kecepatan yang kita atur ketika membawa mobil ambulans, standar membawa ambulans harus senyaman mungkin untuk pasien," ungkap Roviq.
"Misalkan antara pasien biasa dengan emergency, juga beda. Pasien biasa itu tanpa nyala lampu besar tidak perlu tapi kalau perlu tindakan cepat semua harus nyala, dari mulai hazard, lampu besar, rotator dan sirine," tambah Roviq.
Meski begitu khususnya di jalan raya Jakarta, kepadatan lalu lintas serta kepedulian masyarakat memang jadi satu momok yang menjadi masalah bagi para sopir ambulans, Sukamto salah satunya.
Terkadang ia sampai memohon kepada pengendara lain untuk segera memberikan ruang jalan.
"Kita sodok terus, bunyiin sirine, pakai rotator, saat macet. Kadang pakai toa, kita bilangin 'mohon maaf mobil depan tolong agak pinggiran, ada pasien yang emergency'," ungkap Sukamto.
"Kalau kita tempel terus bunyiin, akhirnya tetap mereka minggir," tutur Sukamto saat bercerita. (riar/dry)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah