Berbeda dengan Indonesia yang sering kali terjadi keributan akibat tabrakan seperti ini. Pengendara tak sedikit yang adu mulut saling menyalahkan. Bahkan sampai menimbulkan kemacetan.
Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu membeberkan beberapa alasan mengapa kondisi di luar negeri berbeda saat terjadi kecelakaan. Mereka tidak ada yang meributkan kejadian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Jusri, pengendara di sana punya kesadaran, pemahaman tentang fungsi jalan raya sebagai fasilitas publik. Mereka sadar kalau meributkan usai tabrakan bisa menimbulkan kemacetan yang membuat orang lain tidak nyaman, bahkan memiliki peluang terjadinya kecelakaan.
"Karena awareness (kesadaran) mereka yang begitu tinggi tentang fasilitas publik. Kedua, mereka juga paham terhadap asuransi. Itu ditunjang dengan asuransi, artinya pemahaman asuransi adalah bagian dari setiap pengguna jalan raya, mereka wajib memiliki asuransi untuk kepentingan masing-masing," kata Jusri.
Ketiga karena empati. Mereka memiliki pikiran yang sama dengan orang lain bahwa kalau meributkan sesuatu bisa menimbulkan keresahan kepada orang lain, bisa bikin macet, atau timbul kecelakaan lain.
"Ketiga faktor ini yang merupakan kontributor utama dalam sebuah kejadian seperti itu ada atau tidak ada keributan, kemacetan. Thailand itu salah satunya adalah empati. Empati ini tidak kita miliki. Bahkan seenak udelnya orang bisa terlibat konflik fisik," kata Jusri.
"Mereka sudah paham tentang keselamatan, tentang fasilitas publik, tentang asuransi, tentang arti ketaatan berlalu lintas atau cara keseluruhan arti keselamatan di jalan. Beda dengan Indonesia, semua faktor tadi tidak dipenuhi," sebutnya. (rgr/ddn)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah