AISI: LCGC Tidak Dapat Menggantikan Peran Motor

AISI: LCGC Tidak Dapat Menggantikan Peran Motor

Khairul Imam Ghozali - detikOto
Selasa, 27 Des 2016 15:54 WIB
Foto: Bartanius Dony
Jakarta - Di Negara-negara maju kendaraan roda empat memiliki jumlah yang lebih besar ketimbang roda dua dari segi volume pasar global. Namun beda halnya dengan Indonesia yang jumlah roda empat lebih sedikit ketimbang roda dua.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), Gunadi Sindhuwinata mengatakan, banyak yang beranggapan Indonesia harus mengikuti langkah negara-negara maju tersebut. Namun hal itu tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Sebagai contoh, saat lahirnya mobil Low Cost Green Car (LCGC), yang diperkirakan dapat menggantikan pasar roda dua, tidaklah sepenuhnya benar.

"Tidak realistis gitu. Karena katanya LCGC akan menggantikan sepeda motor, tidak mungkin, harganya saja 8 kali lipatnya kok bagaimana bisa, pendapatan kita masih di 2500 perkapita. Paling bagian yang kuat membeli LCGC itu kelas menengah tidak masalah, tapi jumlahnya kan sebegitu saja. Ini fenomena yang harus kita cermati bahwa tidak mungkin dipaksakan," ucapnya, kepada waratwan, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Gunadi juga beranggapan memangkas jumlah kendaraan roda dua tidak dapat dilakukan begitu saja, salah satu faktornya adalah pendapatan perkapita di Indonesia yang masih belum stabil.

"Entah pengamat beneran, entah ahli beneran mengatakan, kenapa tidak meniru negara maju, jumlah sepeda motornya di kurangi. Saya pikir ini dari mana gitu. Pendapatan perkapita kita itu masih 4000an, dan kita harus membicarakan mengenai bagaimana distribusi dari pendapatan ini, dan dari pendapatan perkapita itu pada level 2500 mungkin, dan itu pasar sepeda motor, kita tidak bisa memaksakan potong aja sepeda motor agar mobilnya naik, ga mungkin," tuturnya.

Lanjut Gunadi menuturkan, bila Indonesia dibandingkan dengan Jepang dalam hal memperbanyak jumlah roda empat dari segi volume pasar, maka setidaknya Indonesia harus memproduksi mobil dengan jumlah yang cukup banyak.

"Kemudian kita juga melihat di mobil itu 1.2 juta (Indonesia), sedangkan di pasar Jepang itu 5,5 sampai 6 juta setiap tahunnnya. Jadi kalau kita mau bandingkan dengan Jepang harusnya kita produksi berapa? 12 juta," ucapnya.

Selain itu, Gunadi juga mengatakan hal tersebut akan sulit tercapai, karena masih ada beberapa hal yang masih kurang di Indonesia.

"Nah kadang-kadang banyak juga yang merasa mengetahui tentang otomotif, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya, kita juga harus mengejar angka ini. Padahal pendapatan perkapitanya masih jauh, infrastruktur kita belum beres," tutupnya. (khi/lth)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads