Mengendarai mobil manual selama musim mudik ini menjadi tantangan tersendiri karena biasanya akan ada kemacetan. Bagaimana cara nyetir aman menggunakan mobil manual selama musim musik?
Praktisi keselamatan berkendara yang juga instruktur dan pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menyampaikan pengemudi perlu memperhatikan cara nyetir mobil terutama di tengah kemacetan.
"Kalau misalnya (jalannya) datar, situasinya macet dan ada tendensi untuk berhenti lama, maka kaki kanan jangan ditempelkan di rem. Yang harus kita lakukan adalah tarik handbrake (rem tangan), netralkan persneling, kaki kanan dibebaskan," kata Jusri kepada detikcom.
Hal itu bertujuan agar konstruksi rem tidak bekerja terlalu keras saat macet. Sebab, saat kondisi stop and go atau macet, kondisi rem biasanya panas.
"Pada saat panas itu, kalau kaki kanan kita tetap menginjak rem, menunggu 1-3 menit, kita kan nggak tahu kondisi rem itu saat panas seperti apa, bisa aja ada bekas-bekas dari penjepitan dari rem tadi. Atau sistem rem akan panas berlebih karena dia dijepit. Harusnya dia dibebaskan supaya konstruksi rem tadi dingin. Karena kalau panas, jarak pengereman akan lebih panjang. Sepatu rem tadi nggak bisa mencengkeram maksimal karena piringan panas," ucap Jusri.
Bagi pengemudi mobil manual, yang juga harus diperhatikan adalah bermacet-macetan di jalanan menanjak. Saat berhenti di tanjakan, Jusri menyarankan aktifkan rem tangan dan jangan memainkan setengah kopling. Dia mengatakan, lebih baik menetralkan transmisi saat berhenti lama di tanjakan.
"Waktu dia mau start, kita masukkan gigi kemudian lepas kopling sambil injak gas, pada saat mulai berasa ada momen dorongan, baru handbrake (rem tangan) dilepas. Dengan demikian tidak ada penggunaan kopling yang berlebih," beber Jusri.
"Cara berhenti dengan kopling setengah, itu akan menggerus umur kopling itu sendiri. Pada saat kondisi gigi masuk, kopling kita injak tanpa sengaja karena kebiasaan menggantung kaki kiri di atas kopling saja akan membuat kopling itu tidak maksimal. Akhirnya yang terjadi sama aja kayak diparut, habis itu (kampas kopling)," jelasnya.
Kalau kopling sudah aus, masalah bisa merembet ke mana-mana. Tenaga tidak keluar, mobil jadi tidak nyaman, hingga konsumsi BBM yang lebih boros.
"Kan mesin mengeluarkan tenaga, tenaga disalurkan ke transmisi menjadi gerak putar. Kalau tenaga tadi disalurkan dari mesin 100% tapi putaran yang ditransmisikan tidak 100%, itu akhirnya tenaga yang tadi sudah nggak sempurna. Nggak ada tenaga. Bunyi mesin tinggi, tenaga nggak keluar," katanya.
"Ciri-cirinya gampang, dari suara bunyi mesin tinggi tapi tenaga nggak keluar. Jadi RPM tinggi tapi tidak melaju dengan normal. Ketika di tanjakan dia nggak kuat. Ada juga dari baunya, bau sangit. Koplingnya terbakar," lanjut Jusri.
Simak Video "Video KuTips: Pakai Google Maps Tanpa Internet, Bisa Hemat Baterai di Jalan!"
(rgr/din)