Tol Cipali disebut sebagai salah satu jalan tol dengan tingkat kematian yang tinggi. Bahkan, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut Tol Cipali merupakan salah satu jalan tol yang angka fatalitasnya paling tinggi di dunia.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Hendro Sugiatno. Dalam data yang dimiliki Kemenhub, di Tol Cipali rata-rata ada 1 korban jiwa per kilometer.
"Kecelakaan di jalan tol itu terus meningkat. Jalan tol Cipali adalah jalan tol yang nomor satu di dunia itu menjadi jalan tol yang fatalitas kecelakaannya paling tinggi, itu perhitungan-hitungannya 1 km berapa korban itu, ada hitung-hitungannya," jelas Hendro dalam Rapat Kerja Bidang Perhubungan Darat yang disiarkan Youtube Ditjen Perhubungan Darat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menghindari kecelakaan maut, cara berkendara pengguna jalan tol sangat berperan penting. Pengendara bisa menghindari kecelakaan maut jika semuanya menerapkan cara berkendara aman.
Berikut empat cara menghindari kecelakaan maut di jalan tol menurut praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana.
1. Atur Waktu Maksimal Mengemudi
Menurut Sony, pengemudi memiliki batas maksimal berkendara. Untuk itu, jika melakukan perjalanan jarak jauh, pengemudi harus berhenti dan beristirahat sekadar menyegarkan kembali tubuh dan pikiran.
"Tol Cipali memangkas waktu dan jarak tempuh, tapi bukan berarti boleh bablas pol," ujar Sony kepada detikcom, Minggu (4/12/2022).
Menurutnya, pengelola sudah menyediakan rest area yang nyaman dan lengkap untuk beristirahat. Pengemudi harus paham waktu istirahat selama berkendara.
"Istirahat ini perlu dilakukan mengingat tubuh manusia punya keterbatasan kemampuan untuk fokus serta fit dalam mengemudi. Jadi penting sekali pengemudi melakukan manajemen perjalanan dan manfaatkan seideal mungkin untuk mengistirahatkan dirinya sebelum melanjutkan perjalanan. Pastikan maksimal mengemudi 3 jam dan diselingi istirahat 15-20 menit," jelasnya.
Adapun alasan mengapa berkendara maksimal tiga jam adalah karena fokus pengemudi saat menyetir maksimal tiga jam. Lebih dari itu pengemudi bisa mengalami ketidaklancaran aliran darah dan oksigen.
"Selain itu, 3 jam di dalam kabin menimbulkan rasa terkungkung, tidak hanya visibilitas tapi juga otak. Itu kenapa atap panoramik, moonroof sangat membantu," ucap Sony.
2. Pastikan Kondisi Kendaraan Sehat
Sony juga menegaskan bahwa kendaraan harus dalam keadaan sehat. Baik dari sisi mesin sampai ban harus mendukung keselamatan.
Menurutnya, Tol Cipali juga tergolong panjang yang membuat pengendara mungkin akan ketemu dengan cuaca yang berbeda-beda, bahkan terang ketemu gelap dan sebaliknya. Jadi, menurut Sony, kendaraan dan ban harus menyesuaikan kemampuannya terhadap kondisi tersebut.
"Nah penyesuaiannya lewat refresh/istirahat untuk siap mengemudi selanjutnya," sebutnya.
3. Nggak Usah Terlalu Ngebut
Dilanjutkan Sony, permukaan jalan tol juga kerap berbeda-beda, kadang aspal, kadang beton, juga ketinggiannya berbeda-beda. Masing-masing jenis jalan itu punya karakter seperti keras, lembut, panas, silau, licin, bumpy atau bergelombang.
"Untuk memastikan kendaraan dalam kontrol pengemudi dan meminimalisir kecelakaan, salah satunya dengan cara mematuhi batas aturan kecepatan," katanya.
Adapun batas kecepatan maksimal di jalan tol adalah 100 km/jam. Dengan mematuhi batas maksimal kecepatan di jalan, pengemudi tetap bisa mengontrol kendaraannya.
4. Awas Bahaya Highway Hypnosis
Berkendara di jalan tol juga berisiko terkena gejala highway hypnosis yaitu kondisi ketika pengemudi terlena dengan pemandangan dan aktivitas monoton di jalan tol. Hal itu kerap membuat pengemudi telat mengantisipasi kecelakaan. "Apabila persepsi jarak sudah berantakan, maka segera istirahat," ujar Sony.
Untuk itu, Sony menyarankan agar pengemudi mengoptimalkan aktivitas mengemudi. Lakukan dengan metode commentary driving atau berkendara sambil mengomentari keadaan sekitar.
"Dengan berkomentar, maka rahang akan bergerak-gerak dan oksigen akan terpompa ke otak. Sehingga pengemudi dapat fokus, tidak ngantuk dan sigap mengantisipasi bahaya," ujarnya.
5. Truk ODOL Harus Ditertibkan!
Menurut Sony, truk over dimension over load (ODOL) menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maut. Dia bilang, truk ODOL sebagai perusak infrastruktur.
"Sudahkah (truk) ODOL sebagai perusak infrastruktur jalan tol dan menyumbang kecelakaan itu ditertibkan? Semua data kecelakaan harus detail sebab akibatnya," kata Sony.
Menurutnya, truk ODOL yang muatannya berlebih pasti merusak permukaan jalan. Kalau permukaannya aspal yang rusak, kerikilnya bikin licin sampai membuat lubang. Kendaraan yang melintas bisa mengalami selip, melintir, sampai pecah ban. Sementara kalau permukaan jalannya beton, maka akan retak dan membuat celah sampai amblas.
"Dan mereka sudah banyak merusak lajur kiri jalan tol Cipali. Sekarang si ODOL berjalan di kanan/tengah dengan kecepatan rendah. Bahaya kecelakaan tabrak belakang tinggal tunggu waktu. Kendaraan yang mau menyusul dengan kecepatan yang lebih tinggi lewatnya kiri atau bahu jalan. Gimana nggak bahaya kalau perilakunya seperti itu?" jelas Sony.
Simak Video 'Jalan Tol dengan Fatalitas Kecelakaan Tertinggi di Dunia Ada di Indonesia':
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah