Apa Keuntungan Beralih ke Mobil Listrik dan Bagaimana Pajaknya?

Drive with Rifat Sungkar

Apa Keuntungan Beralih ke Mobil Listrik dan Bagaimana Pajaknya?

Rifat Sungkar - detikOto
Kamis, 23 Agu 2018 08:00 WIB
Mobil listrik Mitsubishi i-MiEV Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Mobil listrik adalah salah satu kemajuan teknologi yang dikembangkan dalam industri otomotif. Pereli nasional, Rifat Sungkar, menjelaskan bahwa keuntungan dari mobil listrik akan banyak terjadi di masa yang akan datang.

Maka dari itu, berbagai agen tunggal pemegang merk (ATPM), berbondong-bondong untuk mengembangkan mobil listrik. Pada dasarnya, mobil listrik memiliki konsep ramah lingkungan yang berarti memegang peranan positif demi mengurangi polusi dan pencemaran.

Istimewanya lagi, mobil listrik juga mampu melewati jarak tempuh yang lebih jauh jika dibandingkan mobil bensin pada umumnya. Untuk mengisi baterainya pun cukup sederhana, di mana baterai akan terisi ketika mesin hidup dan ban berputar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dari segi bentuk dan performa, Rifat menilai bahwa mobil listrik sekarang bentuknya sudah normal seperti mobil-mobil bensin pada umumnya. Sementara untuk performanya sendiri, mobil listrik bisa sangat menguntungkan karena biasanya memiliki tenaga atau torsi yang jauh lebih besar ketimbang mobil bensin.

"Untuk stop and go atau sedang berada di kemacetan atau lalu lintas padat, mobil listrik akan jauh lebih hemat," jelas Rifat.

Ia menambahkan, jika hal positif lain yang bisa didapat dari mobil listrik adalah mengenai daya tahan elevasi atau ketinggian di mana mobil listrik tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap ketinggian.



Tidak seperti mobil bensin yang jika kita berkendara atau berlibur ke daerah pegunungan, maka akan langsung terasa bahwa mobil tersebut kekurangan tenaga.
Hal ini pun dipengaruhi oleh pasokan oksigen yang ada.

Sementara untuk pengalaman berkendaranya, mobil listrik dijamin memberikan suatu kenyamanan lebih karena mobil listrik memanfaatkan deselerasi untuk mengisi bahan bakar atau baterainya.



"Deselerasi pada mobil listrik ini bisa diatur, biasanya ada batas 1 sampai 5, di mana semakin besar deselerasinya, begitu gas diangkat, maka seakan-akan mobil ini
mengerem. Peristiwa ini berarti sumber energinya sedang diisi ulang atau sedang mengalami proses recharge," ungkap Rifat.

Bagaimana kebijakan mobil listrik di Indonesia? Apakah pajaknya mahal? Rifat pun turut mengomentari hal tersebut.

"Pemerintah Indonesia saat ini masih mengkaji ulang mengenai keuntungan mobil listrik sebagai komoditas yang ramah lingkungan, tidak menghabiskan energi, tidak ada gas buang, dan lain sebagainya. Namun yang disayangkan, kajian ulang ini tampaknya akan menuju suatu penyesuaian yang keliru karena mobil listrik dianggap sebagai mobil bermesin dua sehingga terkena pajak dua kali lipat pula. Sementara di negara-negara Eropa, orang yang menggunakan mobil listrik mendapatkan banyak keuntungan, seperti kompensasi pajak, mendapatkan akses parkir yang lebih banyak di tengah kota, serta beragam kemudahan-kemudahan lain. Hal ini diberlakukan oleh pemerintah di sana karena penggunaan mobil listrik sangat disarankan demi keberlangsungan lingkungan hidup yang lebih baik," pungkas Rifat. (ddn/ddn)

Hide Ads