Untuk mengetahui lebih lanjut perihal turbo, Rifat Sungkar selaku pebalap nasional membagikan pengetahuannya.
"Turbo sebenarnya adalah teknologi yang sudah cukup lama ditemukan, namun ketika itu lebih dikenal sebagai turbo konvensional. Pada dasarnya, turbo adalah sebuah perangkat yang dipasang di mesin kendaraan yang tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan tenaga dari kapasitas mesin yang ada. Pada saat ini kita lebih mengenalnya dengan nama variable geometry turbo atau disingkat VGT," ungkap Rifat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
![]() |
Sementara cara kerja turbo diibaratkan oleh Rifat seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). "Turbo itu seperti turbin atau PLTA yang menggunakan baling-baling, kipas, atau semacamnya. Jika air ditembak dari atas, otomatis kipas akan berputar lebih cepat, namun kalau sudut penembakannya miring, maka kipas berputar lebih lambat," ujarnya.
"Begitu juga dengan VGT. Ia dilengkapi dengan satu ring yang memiliki kisi-kisi yang bisa mengatur sudut datang angin yang nantinya berfungsi untuk memutar turbo. Kisi-kisi ini bisa mengecil dan membesar dengan sendirinya. Prinsip kerjanya adalah, jika angin datang dengan kondisi kisi-kisi yang besar, otomatis membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memutar turbo. Sebaliknya, dengan kondisi kisi-kisi yang kecil, tentu akan membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mendapatkan boost dari turbo itu," jelasnya.
Semakin besar air ratio (AR) turbonya, semakin lama juga turbo lag-nya. Sistem seperti ini adalah yang diterapkan di turbo konvensional. Ketika turbo tersebut sudah mulai mendorong, itu akan mengagetkan dan akan didapat di RPM yang agak tinggi. Risikonya adalah bahan bakar akan sangat boros, tenaganya mengagetkan, dan menunggunya lama. Untuk mendapatkan dorongan turbo di RPM rendah, maka kita gunakan turbo yang lebih
kecil atau yang sekarang ini diaplikasikan sebagai VGT. Semakin kecil turbo, otomatis AR juga semakin kecil, maka semakin cepat kipas turbonya berputar.
Teknologi VGT ini adalah sebuah teknologi yang sangat membantu untuk mempertahankan dorongan turbo yang paling ideal di rentang RPM yang panjang.
"Sebagai contoh, jika pada zaman dulu kita harus menunggu berada di RPM 3500 baru turbo masuk dan mobil melaju lebih kencang, kalau sekarang dengan teknologi VGT, kita sudah mendapatkan dorongan turbo di RPM 2000 bahkan sebelumnya, dan ketika RPM naik dorongan turbo bisa di-maintain dengan baik," tambah Rifat.
Dengan adanya VGT, kinerja mesin juga menjadi lebih ideal karena mendapatkan tenaga yang lebih maksimal. Selain itu, VGT juga membantu penghematan bahan bakar. Turbo konvensional tentunya menyedot bahan bakar yang lebih banyak. Sedangkan dengan VGT, tenaga yang dihasilkan tidak mengagetkan atau lebih halus sehingga proses penyedotan bahan bakar juga menjadi lebih hemat.
Teknologi VGT sendiri banyak diaplikasikan di mobil turbo diesel. Rifat menjelaskan bahwa untuk tingkat kenyamanan, teknologi VGT memberikan kenyamanan tersendiri.
"Karena tidak ada entakan tenaga yang mengagetkan di setiap tendangan turbo. Secara bertahap, tendangan turbo itu sebenarnya sudah dapat kita rasakan dari RPM bawah sampai ke atas, dan tendangannya tidak seagresif turbo konvensional," pungkas Rifat.
(ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar