Mudik Saat Puasa, Tanamkan Rasa Empati

Mudik Saat Puasa, Tanamkan Rasa Empati

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Jumat, 16 Jun 2017 08:14 WIB
Mudik Saat Puasa, Tanamkan Rasa Empati
Mobil melaju di Tol Bawen-Salatiga (Foto: Pool/Kementerian PUPR)
Jakarta - Mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri menjadi tradisi setiap tahun. Menuju kampung halaman sebelum hari raya biasanya dalam kondisi berpuasa. Untuk itu, ketika mudik menggunakan kendaraan bermotor saat berpuasa, beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, selama puasa pola istirahat seorang itu berubah. Begitu juga pola asupan makanan dan nutrisi yang mungkin tidak ideal.

"Karena di bulan puasa ini, setelah kita buka puasa biasanya kita tarawih, sebelumnya hanya isya saja. Kemudian setelah tarawih mungkin ibadah lain misalnya ngaji dan lain-lain. Kemudian pola waktu sahur orang di Indonesia beda-beda. Ada yang sahur jam 1 kemudian tidur lagi. Ada lagi yang mendekati subuh sebelum imsak, sehingga yang namanya jam tidur berubah, dan menjadi tidak ideal," kata Jusri kepada detikOto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seperti kita tahu waktu tidur itu yang ideal adalah 8 jam. Ini saja sudah tidak terpenuhi, karena ini terkait dengan stamina, stamina terkait dengan konsentrasi, terkait dengan dinamika yang akan dilakukan, reaksi dan waktu persepsi. Ketika stamina drop, semuanya menurun. Belum lagi asupan kita kadang-kadang nutrisinya tidak ideal. Ini tambah gampang membuat orang tidak memiliki stamina," tambahnya.

Menurut Jusri, mudik itu angka kecelakaannya tinggi. Fakta lainnya, saat bulan puasa orang-orang jadi mudah emosi.

"Karena kualitas istirahat berkurang, asupan nutrisi tidak ideal, sehingga orang gampang sekali terpancing emosi. Jadi kita harus menyikapinya dengan pahami bahwa kita berkendara di area publik, gampang memicu emosi. Perlu disadari bahwa kita akan mudah emosi, orang lain akan mudah emosi, kita gampang ngantuk atau lengah, orang lain akan gampang lengah, kita bisa terancam dan orang lain juga bisa terancam. Jadi berpikir lah empati. Di sini harus berpikir empati jauh sebelum mengendarai kendaraan. Dengan demikian, mudah-mudahan kita bisa mengontrol emosi, mengontrol konsentrasi, mengontrol naluri antisipasi kita," ucap Jusri. (rgr/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads