Jaguar Land Rover Pinjam Rp 18 T ke Pemerintah Demi Lewati Corona

Jaguar Land Rover Pinjam Rp 18 T ke Pemerintah Demi Lewati Corona

Rizki Pratama - detikOto
Selasa, 26 Mei 2020 21:16 WIB
Land Rover Defender dipamerkan di Frankfurt Motor Show bulan September 2019
JLR butuh dana segar dari Pemerintah Inggris. Foto: Jaguar Land Rover via Newspress
Jakarta -

Sejumlah pabrikan otomotif di dunia mulai sesak nafas menghadapi pandemi virus Corona. Menurunnya permintaan dan dilarangnya aktivitas produksi dan penjualan merupakan penyebab utama lesunya industri otomotif.

Beberapa perusahaan otomotif pun sudah berupaya mengamankan pinjaman untuk masa krisis yang belum berakhir ini. Merek asal Inggris, Jaguar Land Rover sedang berdiskusi dengan pemerintah setempat untuk terkait pengajuan pinjaman uang.

JLR mengajukan pinjaman pada negaranya itu dengan nominal 1 miliar poundsterling atau setara Rp 18 triliun. Pihak JLR membenarkan bahwa mereka tengah melakukan diskusi dengan menteri ekonomi dan industri di Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun fiksal JLR yang mana kuartal ke-empatnya berakhir di 31 Maret mencatatkan penurunan penjualan ritel sebanyak 30 persen. Penurunan ini sudah hampir dipastikan akan terus terjadi di kuartal selanjutnya sehingga keputusan mengajukan pinjaman ini dilakukan.

Tahun lalu, JLR juga telah mendapatkan pinjaman sebesar 500 juta poundsterling atau Rp 9 triliun untuk mengembangkan mobil listrik. Kebetulan di tahun yang sama JLR juga mengalami kerugian sebesar Rp 3,6 miliar poundsterling.

ADVERTISEMENT

Upaya peminjaman JLR kepada pemerintahnya ini menunjukkan perusahaan yang memegang saham JLR, Tata Motor juga tak berkutik. Andaikata Tata Motors punya dana untuk dikeluarkan kepada JLR, itu tidak akan cukup. Bahkan jika situasi semakin mendesak, bukan tidak mungkin Tata Motors akan melepas kepemilikan saham Jaguar Land Rover.

Performa Tata Motors juga tidak begitu berbeda dengan merek lainnya di dunia. Pada kuartal ke-tiga tahun fiskal 2020 Tata Motors melaporkan penurunan penjualan sebesar 12 persen dan penurunan pendapatan sebesar 7 persen.




(rip/lth)

Hide Ads