Banyak Pemudik Lolos, Pakai Travel Gelap sampai Lewat Jalur Tikus

Banyak Pemudik Lolos, Pakai Travel Gelap sampai Lewat Jalur Tikus

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 12 Mei 2020 08:52 WIB
Petugas kepolisian memerintahkan mobil  travel untuk memutar kembali ke arah Jakarta saat penyekatan di jalur Pantura, Tegal, Jawa Tengah, Senin (27/4/2020). Penyekatan kendaraan pemudik oleh Polres Tegal Kota itu dilakukan menyusul adanya larangan mudik oleh Pemerintah guna mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.
Penyekatan pemudik. Foto: ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
Jakarta -

Pemerintah telah melarang mudik Lebaran tahun ini di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Namun, masih banyak pemudik yang lolos sampai kampung halaman.

Polisi memang telah mendirikan pos penyekatan di beberapa titik. Pemudik yang nekat diminta putar balik bahkan terancam kena sanksi.

Menurut pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyaratakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, angkutan pelat hitam atau angkutan travel tidak resmi (travel gelap) merajalela untuk memenuhi mobilitas orang antar kota antar provinsi yang cukup tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai gambaran (data dari Dinas Perhubungan Prov. Jawa Tengah), total yang datang ke Jawa Tengah sejak 26 Maret 2020 sebanyak 824.833 orang (hingga 9 Mei 2020). Sampai 24 April 2020 (awal dilarang mudik) jumlah perantau yang datang di Jawa Tengah sebanyak 676.178 orang. Meskipun stasiun kereta, bandara tidak dan sebagian terminal penumpang menutup operasinya, ternyata pertambahan perantau yang pulang kampung ke Jawa Tengah masih terus berlangsung sebesar 148.685 orang," sebut Djoko dalam pernyataan tertulis yang diterima detikOto.

Menurutnya, pemudik yang datang ke Jawa Tengah menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta api, pesawat dan kapal cenderung menurun drastis sejak penetapan larangan mudik. Ratusan ribu perantau yang mudik itu diperkirakan menggunakan kendaraan pribadi.

ADVERTISEMENT

"Rombongan perantau warga Jateng (148.685 orang) dari Jabodetabak diperkirakan menggunakan kendaraan pribadi, sepeda motor atau kendaraan sewa berpelat hitam. Kemungkinan besar melewati jalur tidak resmi (istilahnya jalur tikus) yang tidak terjaga aparat hukum," kata Djoko.

Djoko menganggap wajar perantau yang berasal dari Jawa Tengah memilih pulang kampung. Soalnya, persediaan logistik dan finansial untuk memperpanjang hidup di perantauan sudah mulai menipis.

"Sudah tidak mampu membayar sewa kontrakan tempat tinggal. Sementara sumber mata pencaharian di Jabodetabek sedang sepi. Rata-rata perantau ini adalah pekerja informal pendapatan harian," sebut Djoko.




(rgr/din)

Hide Ads