Meski PSBB, sudah jalan sepekan, data AirVisual Jumat (17/4/2020) pada pukul 08.00 WIB, menunjukkan Air Qulity Index (AQI) Jakarta berada di 155 atau masuk dalam kategori tidak sehat. Salah kendaraan?
Pengamat otomotif Bebin Djuana berpendapat, kendaraan memang menjadi salah satu penyumbang polusi udara terbesar. Namun yang menurutnya jadi catatan adalah kualitas bahan bakar yang ada di Indonesia. Kualitas bahan bakar menjadi biang kerok kendaraan mengeluarkan emisi gas buang yang buruk.
"Tidak bisa dibantah bahwa kendaraan bermotor dituding sebagai biang polusi di kota metropolitan. Untuk itu usaha-usaha dari pihak produsen, mengembangkan teknologi agar kendaraan menjadi ramah lingkungan," ujar Bebin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masalahnya industri otomotif tidak bisa berjalan sendiri, bahan bakar yang mumpuni haruslah tersedia. Tidak salah jika pemerintah harus mengejar ketertinggalan kita yang masih memakai BBM Euro2," tambahnya Bebin.
![]() |
Disebut Bebin, memang sudah seharusnya Indonesia sudah memiliki Euro4.
"Minimal Euro4 yang dikonsumsi, agar urusan polusi jangan sekedar wacana! Juga percepatan menuju mobil listrik! Dengan diberlakukan PSBB langit Jakarta kembali menjadi biru. Kita semua bisa melihatnya, sudah lama kita tidak melihat langit biru di atas Jakarta. Ketika ganjil genap diberlakukan pun tidak!" kata Bebin.
Sebagai catatan Air Quality Index (AQI) merupakan indeks yang digunakan AirVisual untuk menggambarkan tingkat polusi udara di suatu daerah. AQI dihitung berdasarkan enam jenis polutan utama, yaitu PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.
Berdasarkan data AirVisual, kandungan PM2.5 di Jakarta berada di angka 63,3 Β΅g/mΒ³ pada 08.00 WIB tadi. Data itu diperoleh dari alat pemantau udara Airvisual yang ada di Kedutaan Amerika Serikat, Pegadungan, Kemayoran, Pejanten Barat, Rawamangun, dan Mangga Dua.
AQI mempunyai rentang nilai antara 0-500. Makin tinggi nilai AQI, artinya makin tinggi tingkat polusi udara di wilayah tersebut.
Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti moderat, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-300 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.
(lth/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah