Corona Usai, Masyarakat Diprediksi Masih Ngerem Beli Kendaraan Pribadi

Corona Usai, Masyarakat Diprediksi Masih Ngerem Beli Kendaraan Pribadi

Ridwan Arifin - detikOto
Jumat, 17 Apr 2020 13:26 WIB
Pekerja mengecek mobil yang dijual di Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua, Jakarta Utara, Jumat (17/5/2019). Manajer Pemasaran Senior WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih menyatakan penjualan mobil bekas menjelang mudik Lebaran 1440 H meningkat 20 persen dibanding hari biasa pada bulan sebelumnya. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Masyarakat diprediksi masih ngerem untuk membeli mobil Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Jakarta -

Pandemi virus Corona tengah melanda Indonesia. Wabah ini turut berdampak anjloknya penjualan di sektor otomotif.

Berdasarkan data Gaikindo yang diperoleh detikOto dari PT Astra International, selama Januari-Maret 2020 penjualan mobil tercatat hanya 236.825 unit. Berarti ada minus 17.507 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Menurut Financial Planner sekaligus CEO OneShildt, Budi Raharjo setelah pandemi corona usai di Indonesia. Masyarakat masih menahan diri untuk membeli kendaraan pribadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kendaraan pribadi yang sifatnya konsumsi. Menurut saya akan mengalami tekanan," tutur Budi saat dihubungi detikcom, Kamis (16/4/2020).

Budi menjelaskan masyarakat dalam negeri fokus mengalokasikan belanja ke bahan pokok. Kebutuhan mobil bukan jadi pilihan prioritas.

ADVERTISEMENT

"Karena prioritas orang saat ini adalah menjaga likuiditas dan finansialnya supaya bertahan sepanjang mungkin. Jadi prioritas untuk mengganti kendaraan yang kurang perlu atau kurang penting saat ini itu akan mereka tangguhkan," sambungnya.

Namun untuk sektor kendaraan niaga, kebutuhan mobil diprediksi akan lebih cepat pulih.

Lebih menguntungkan jika mobil itu dibeli konsumen yang memang digunakan untuk tujuan yang produktif.

"Kendaraan niaga mungkin adalah bagian (penjualan lebih cepat pulih-Red). Karena dia sifatnya mencari nafkah dan operasional. Kemungkinan akan pulih kembali, karena pasti ada bidang-bidang yang membutuhkan."

"Setiap ada krisis, ada perusahaan yang dirugikan, ada perusahaan yang diuntungkan, (mereka beli kendaraan-Red) untuk distribusi. Jadi kendaraan niaga yang mungkin akan mengalami kenaikan," jelasnya.




(riar/lth)

Hide Ads