F1 Australia Batal karena Corona, 1.800 Ban Pirelli Dibakar

F1 Australia Batal karena Corona, 1.800 Ban Pirelli Dibakar

Luthfi Anshori - detikOto
Kamis, 19 Mar 2020 06:16 WIB
MONZA, ITALY - SEPTEMBER 03: Sets of Pirelli tyres are laid out on the floor outside the McLaren garage during previews to the Formula One Grand Prix of Italy at Autodromo di Monza on September 3, 2015 in Monza, Italy. (Photo by Bryn Lennon/Getty Images)
Ilustrasi ban Pirelli untuk balap F1.Foto: Getty Images Sport/Bryn Lennon
Jakarta -

Pirelli terpaksa menghancurkan dan membakar 1.800 ban seiring pembatalan F1 Australia. Ribuan ban itu bakal didaur ulang menjadi bahan bakar untuk pabrik semen di Oxfordshire, Inggris.

Seri F1 Australia resmi dibatalkan sebagai pencegahan pandemi virus corona. Pembatalan ini membuat banyak pihak rugi, termasuk Pirelli yang menjadi ban resmi balap mobil terpopuler sejagat itu.

Mengutip dari Motor Sport, 1.800 set ban Pirelli yang sedianya akan digunakan untuk balap, harus dihancurkan dan didaur ulang. Selain untuk F1 Australia, 1.800 ban itu rencananya juga akan digunakan pada F1 Bahrain dan F1 Vietnam, yang akhirnya batal juga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa ban-ban itu harus dibakar? Sebab ban-ban yang batal digunakan itu kemungkinan besar akan rusak karena posisinya sudah terlepas dari pelek. Letak geografis yang jauh membuat Pirelli harus mencopot ban dari pelek ketika mengirimnya ke negara-negara yang lokasinya jauh dari pusat produksi. Beda ketika balap dilakukan di Eropa, Pirelli akan membawa ban tanpa terpisah dengan peleknya.

"Ketika melepas ban dari pelek, kita memberi tekanan pada kawat ban (bead), jelas kita tidak percaya diri untuk memasang ban itu lagi. Jadi, kita tidak ingin mengambil risiko apa pun," kata bos Pirelli Motorsport, Mario Isola.

ADVERTISEMENT

1.800 ban itu akan dihancurkan lebih dahulu sebelum dikirim ke Inggris melalui angkutan laut.

"Kami menghancurkan ban supaya tidak memakan banyak tempat, lalu mengirimnya kembali ke Inggris di mana kami mendaur ulangnya di sebuah pabrik semen. Kami membakarnya pada suhu tinggi, dan kami menciptakan energi, tetapi bukan polusi," ujar Isola.




(lua/din)

Hide Ads