Raksasa otomotif seperti Toyota dan Volkswagen masing-masing menjual 10 juta mobil setiap tahun. Dibandingkan dengan Tesla, angka tersebut masih jauh jika melihat penjualannya pada tahun 2019. Perusahaan milik Elon Musk itu hanya tercatat 367.500 unit.
Tetapi ketika berbicara ke teknologi elektronik, perusahaan Elon Musk itu berada jauh di depan Toyota dan VW. Hal ini dapat dilihat ketika membongkar teknologi yang ada di mobil termurah Tesla yaitu Model 3.
Teknologi yang membuat Tesla lebih maju ada pada kontrol unitnya atau kemampuan komputer mobil otonom. Perangkat keras ini juga disebut dengan Hardware 3 dan telah menjadi senjata utama Tesla dalam menarik konsumen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan mengejutkan datang dari insinyur otomotif pabrikan besar di Jepang. Tim mereka memeriksa dan membedah komponen tersebut dan mengatakan bahwa mereka belum memiliki kapabilitas untuk membuatnya.
"Kita tidak bisa melakukannya," ujar Insinyur yang tidak bisa disebutkan namanya seperti dikutip dari Nikkei Asian Review, Minggu (23/2/2020).
Baca juga: Asapi Toyota, VW Jadi Raja Otomotif Dunia |
Modul ini terpasang di Model 3 baru, Model S dan Model X. Tesla mengembangkan chip ini sendiri dengan perangkat lunak khusus yang dirancang untuk melengkapi perangkat kerasnya itu.
Platform elektronik semacam ini dengan komputer yang kuat pada intinya memegang kunci untuk menangani banyak data yang berat di mobil-mobil lebih cerdas dan otonom. Insinyur tadi mengatakan teknologi itu baru dapat dibuat oleh industri otomotif Jepang paling cepat pada tahun 2025. Secara tidak langsung pernyataan itu membuat Tesla mengalahkan para pesaingnya selama 5 tahun.
Tesla membangun modul ini melalui serangkaian peningkatan pada sistem Autopilot yang diperkenalkan pada tahun 2014. Pada saat itu modul ini dikenal dengan nama Perangkat Keras 1 yang berfungsi sebagai sistem bantuan pengemudi seperti fitur lane asisst pada beberapa mobil saat ini. Setiap dua atau tiga tahun, Tesla mendorong teknologi ini lebih jauh yang berpuncak pada komputer otonom sepenuhnya.
Sebenarnya perusahaan sebesar Toyota dan VW tidak akan mengalami kesulitan mengejar ketertinggalan itu mengingat sumber daya uang mereka yang besar. Namun, insinyur di sana mengatakan tantangan mereka yang sebenarnya bukan pada nilai materi.
Alasan utama teknologi seperti itu belum diimplementasikan oleh pabrikan Jepang adalah kesiapan memutus rantai pasok komponen mobil listrik. Bukan hal mudah mematikan produksi mobil konvensional yang sudah terbentuk puluhan dekade dengan mobil seperti Tesla.
Menggunakan teknologi seperti pada Tesla akan berdampak pada pengurangan komponen mobil. Lebih jauh secara tidak langsung industri pendukung akan kehilangan lahan bisnisnya termasuk kehilangan lapangan pekerjaan.
Tesla dapat melaju jauh dalam teknologi listrik dan otonom karena mereka lahir di dari sana. Tidak ada beban seperti perusahaan lain yang harus mempertimbangkan rantai bisnis mobil konvensional seperti saat ini.
(rip/riar)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?