Selama akhir pekan kemarin, ada beragam berita otomotif yang menarik bagi pembaca. Yang paling menarik adalah soal waktu berjam-jam yang terbuang karena terjebak macet.
Seperti diketahui, Jakarta masih menjadi salah satu kota termacet di dunia. Pada 2019, Jakarta menduduki urutan ke-10 kota termacet di dunia.
Baca juga: Tips biar Tidak Terjebak Macet |
Warga Jakarta membuang waktu ratusan jam dalam setahun di jalanan. Itu karena mereka berpergian di jam sibuk karena terjebak macet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita populer lainnya, ada sosok Han yang balik lagi di film Fast & Furious 9. Han muncul bersama sebuah mobil baru dari Jepang, Toyota Supra.
Selain itu, terpopuler lainnya ada saran untuk tidak mengaktifkan rem tangan di lampu merah, bocoran SUV baru Nissan, dan campur-campur bensin beda oktan. Berikut ulasannya.
Tingkat kemacetan Jakarta menurut TomTom Traffic Index pada 2019 sebesar 53%. Tingkat kemacetan atau congestion level di sini maksudnya adalah perjalanan di Jakarta membutuhkan waktu 53% lebih lama dibanding kondisi tanpa kemacetan.
Kemacetan paling parah terjadi pada sore hari ketimbang pagi hari. Setiap 30 menit perjalanan pagi hari, warga Jakarta menambah waktu 19 menit lebih lama ketimbang saat jalanan tanpa kemacetan. Sementara pada sore hari, setiap 30 menit perjalanan menambah 26 menit karena macet.
Kemacetan lalu lintas memang menimbulkan kerugian yang besar. Bukan cuma materi, sampai kesehatan pun bisa terpengaruh akibat kemacetan. Begitu juga dengan waktu produktif.
Waktu pengendara dan penumpang terbuang sia-sia gara-gara macet. Karena macet, warga jadi tidak produktif lantaran waktunya terbuang di jalan. Bahkan disebutkan, kemacetan mengurangi kesehatan ekonomi regional.
Selanjutnya, macet membuat warga terlambat sampai tujuan. Alhasil, mereka tidak bisa hadir tepat waktu pada pekerjaan, rapat, sekolah, bahkan hingga mengakibatkan hilangnya bisnis, tindakan disipliner atau kerugian pribadi lainnya.
Gara-gara macet juga pengendara maupun penumpang tidak mampu memperkirakan waktu perjalanan secara akurat. Jadinya, banyak orang yang mengalokasikan waktu lebih banyak untuk 'jaga-jaga' kalau jalanan macet sehingga lebih sedikit waktu untuk kegiatan produktif.
Ada yang menarik dalam film F9: Fast & Furious 9 kali ini. Selain Han yang diceritakan tewas di Fast & Furious Tokyo Drift kembali ambil peran di Fast Furious 9, ia muncul bersama sebuah mobil baru. Sebagai pria yang berasal dari Jepang, Han tampil dengan mobil sport kebanggaan Toyota terbaru, yaitu Toyota Supra. Han bersama Toyota Supra baru diperlihatkan di penghujung trailer berdurasi 3 menit 50 detik itu.
Toyota Supra yang tampil dalam Fast & Furious 9 itu dilapisi kelir oranye dengan variasi hitam di tengah kapnya. Han mengendarai mobil tersebut dan melakukan aksi drifting yang menjadi ciri khas dan kemampuan utamanya.
Kisah Han dan bersama Supra ini seakan menunjukkan kebangkitan mobil sport Jepang di dunia. Supra yang sempat menjadi idola di tahun 90-an kini terlahir kembali bersama dengan kembalinya Han dalam Fast Furious 9 ini.
Selain Toyota Supra, mobil lain yang tampak dalam trailer itu adalah mobil tokoh utama Dom yang diperankan Vin Diesel. Dom dalam film itu ditampilkan menggunakan Dodge Charger Hellcat Widebody melewati hutan belantara.
Sebagai tokoh antagonis ada John Cena yang memerankan Jakob dengan mobil Ford Mustang modifikasi. Dua tokoh berlawanan itu saling kejar menggunakan mobilnya masing-masing dalam film yang akan segera diputar di layar bioskop ini.
Mengaktifkan rem tangan (hand brake) jadi salah satu opsi pengendara mobil saat berhenti di lampu merah. Dengan menarik tuas hand brake, mobil memang jadi lebih aman dan si pengendara bisa melakukan kegiatan lain, entah bersantai atau sekadar memeriksa notifikasi di gawai.
Meski sekilas tampak aman dan membuat pengendara bisa rehat sejenak, mengaktifkan hand brake di kondisi lampu merah ternyata tidak disarankan lho detikers.
Dijelaskan Sony Susmana, Trainer dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), penggunaan hand brake saat berhenti di lampu merah merupakan keputusan kurang tepat. Sebab itu justru malah akan membuat jadi kurang waspada dengan kondisi sekitar.
"Misalnya, saat menarik tuas hand brake, Anda jadi merasa lebih aman dan santai hingga bisa melakukan banyak hal, termasuk bersantai dan mengecek ponsel. Jelas aktivitas ini sangat berbahaya karena fokus Anda yang terganggu," kata Sony, seperti dikutip dari laman Suzuki.
Menurut Sony, lampu merah bukanlah tempat yang baik untuk bersantai dan melakukan aktivitas lainnya yang bisa menurunkan konsentrasi. Bagaimanapun juga, selama berhenti di lampu merah Anda wajib tetap waspada. Kalaupun ingin sedikit bersantai, sebaiknya langsung menepi saja.
Selain masalah fokus, saat tuas hand brake aktif, mobil memang tidak bergerak. Tapi tetap berbahaya karena lampu rem dalam kondisi menyala. Jika seperti ini, pengguna jalan lainnya bisa salah sangka dan berisiko menyebabkan kecelakaan (mobil ditabrak atau bersenggolan).
Apa yang harus dilakukan?
Menurut Sony, tidak ada jalan lain kecuali Anda harus terus fokus sambil menginjak pedal rem. Dengan begitu, mobil tidak akan melaju dan lampu rem pun menyala. Alhasil, pengguna jalan lainnya akan tahu jika Anda sedang melakukan pengereman.
Mengenai penggunaan hand brake, fitur ini diciptakan khusus untuk membuat mobil tetap diam saat diparkirkan di jalur yang landai atau menanjak. Selain itu, hand brake pun bisa difungsikan saat pengendara terjebak macet di jalanan menanjak atau menurun dengan teknik buka-tutup.Selain itu, dengan posisi kaki yang tetap berada di pedal rem membuat pengendara tetap waspada dengan kondisi sekitar, termasuk saat lampu hijau sudah menyala atau ketika ada pengemudi lainnya yang mencoba untuk menerobos ke depan dengan memanfaatkan ruang sempit.
Nissan akan segera memperkenalkan model SUV terbarunya di tahun 2020 ini. Crossover SUV terbaru Nissan akan meluncur di India dalam waktu tak lama lagi.
Bocoran detail SUV Nissan ini memang belum ada. Namun gambar teaser menunjukkan jika crossover Nissan memiliki desain kompak. Dicirikan kap mesin pendek, fender menggembung, dan lampu depan model sweptback.
Selain itu, SUV terbaru Nissan ini sudut kaca depan yang sporty dan samar-samar pada bagian belakang menggunakan desain floating roof (atap mengambang). Bicara soal atap, tampak juga jika SUV Nissan ini memiliki desain atap yang rendah.
SUV terbaru Nissan ini dikatakan masuk dalam segmen B-SUV yang menawarkan karakter premium dan kaya fitur, serta dilengkapi teknologi-teknologi terbaru.
Model itu dibuat untuk pasar India dan tampaknya akan juga diproduksi di negeri bollywood. Nissan tidak menjelaskan secara spesifik, tetapi mengatakan crossover ini akan menjadi 'SUV kompak pertama yang dibuat untuk India berdasarkan filosofi 'Make in India, Make for the World.'
Di pasar India, SUV Nissan disebut akan bertarung dengan Ford EcoSport dan Hyundai Venue serta model lokal seperti Tata Nexon dan Maruti Suzuki Vitara Brezza.
Dikatkan juga SUV Nissan menggunakan platform CMF-A dan akan berbagi dengan model crossover mendatang yang dibuat Renault.
SUV Nisan disinyalir menggunakan mesin bensin tiga silinder 1.0 liter turbocharged, yang dipasangkan transmisi manual lima kecepatan atau transmisi otomatis.
Ada beberapa jenis bensin dengan berbeda oktan yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan bahan bakar di Indonesia untuk kendaraan bermotor. Baik dari oktan rendah sampai tertinggi semuanya bisa digunakan oleh hampir semua motor.
Nah, bagaimana pengaruhnya jika bensin dengan oktan yang berbeda digunakan dalam satu tangki? detikcom sendiri melakukan serangkaian uji efisiensi dan performanya. Bensin yang dicampur adalah bensin dari Pertamina, yaitu Pertamax dengan Premium menggunakan motor sport naked Honda CB150R
Untuk konsumsi bahan bakarnya didapatkan hasil 1 liter untuk 42,5 km. Pada pengujian dyno test campuran bensin itu mampu memberikan tenaga sebesar 13,80 hp di 8.710 rpm dan torsi di angka 12,28 Nm pada 6.930 rpm.
Pencampuran ini memang tidak cukup lazim dilakukan, namun tidak memberikan dampak terlalu besar pada motor. Pengaruh dari pencampuran ini hanya akan menyebabkan kualitas dari jenis bensin tertinggi akan menurun setelah dicampur dengan yang beroktan rendah.
"Sebenarnya sih menurut saya tidak masalah jika merupakan golongan bahan bakar dengan komposisi senyawa yang sama. Paling banter adalah manfaat yang didapat juga nggak maksimal alias menjadi quality paling base," kata pemilik bengkel One3 Motoshop, Benny Saputra saat dihubungi detikcom, Jumat (31/1/2020).
Meski begitu, Benny mengingatkan bahwa tidak ada penelitian atau pengujian secara klinis terhadap pencampuran itu akan menghasilkan dampak seperti apa. Ia merekomendasikan untuk tidak melakukan pencampuran untuk menghindari risiko.
"Dan yang ditakutkan kita nggak tahu aditif dari masing-masing bahan bakar yang diramu masing-masing brand. Takut ada reaksi kimia yang tidak baik. Jadi buat amannya memang lebih baik pakai sejenis aja," tambahnya.
Benny juga menambahkan akan ada risiko pada saluran bahan bakar akibat mencampur bensin yang berbeda. Risiko yang dapat terjadi adalah munculnya penyumbatan akibat reaksi kimia dari dua bahan bakar yang dicampur itu.
"Saya belum pelajari secara detail sih ya, karena kita harus tahu senyawa kimia masing-masing dan reaksi serta efek ke combustion alias pembakaran. Yang saya takut kalau ada senyawa kimia or else jadi mengental bisa clogging di saluran bahan bakar," tangkasnya.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?