"Untuk sekarang (kami fokus) ke (pasar) fleet. Karena ujungnya motor listrik itu kan efisiensi. Banyak fleet (yang bisa dimasuki) seperti Grab, maupun delivery seperti PT POS maupun JNE," ujar COO PT GTI Ade Sulistioputra, di Jakarta, belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka kan langsung berasa, misalnya biasanya bayar bensin sehari Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu sehari, sekarang pakai motor listrik biaya itu jadi hilang. Terus mereka juga nggak perlu lagi keluar biaya untuk servis ringan, ganti oli, dan sebagainya," jelas Ade.
![]() |
Sementara itu bagi produsen kendaraan listrik seperti GTI, kerja sama dengan pasar fleet ini juga bisa memberi benefit tersendiri. Khususnya dari segi promosi dan pembentukan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
"Ini bisa menjadi (media) edukasi (kendaraan listrik) yang kami juga butuhkan. Karena orang sudah terbiasa dengan motor mesin bensin," terang Ade.
Lanjut Ade menjelaskan, jika para driver Grab nantinya semakin banyak diuntungkan dengan memakai motor listrik, maka dengan sendirinya bakal mulai banyak orang yang melirik motor listrik.
"Bagi kami yang penting adalah ridernya, kalau mereka makin untung pastinya akan lebih banyak yang memakai motor listrik," kata Ade.
Selain dengan Grab Indonesia, Ade juga mengakui sudah ada beberapa perusahaan yang tertarik meminang Gesits.
"Kami senang sekali bisa bekerja sama dengan Grab. Kita juga sudah delivery ke PLN dan kami juga sudah ngobrol dengan beberapa pihak yang highly dependent (sangat tergantung) sama operasional motor," pungkas Ade.
(lua/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!