Solusi cepat penurunan tingkat pelanggaran seperti ini tentu dengan memberikan efek jera langsung dari pihak penegak hukum lalu lintas kepada pelanggarnya. Paling tidak ada seorang petugas kepolisian lalu lintas yang berjaga di titik rawan pelanggaran sehingga mengurungkan niat pengendara melakukan pelanggaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andaikata pihak kepolisian belum memiliki kapasitas jumlah yang cukup menjaga setiap sudut rawan pelanggaran, solusi lain yang diajukan Yannes adalah meningkatkan manajemen infrastruktur terkait. Misal, pembatas busway yang sering diangkat atau dilangkahi dibuat lebih berat dan lebih tinggi.
"Jika ternyata pengguna jalan secara konsisten melanggar peraturan dan prosedur lalu-lintas yang menurut mereka sulit atau memakan waktu. Pihak yang berwenang dapat mempertimbangkan jasa pakar manajemen lalu lintas dan pakar UX (user experience) untuk membantu mengurangi dan menghilangkan permasalahan tersebut," ujar Yannes.
"Solusi jangka menengahnya dengan membuat desain pembatas jalan yang tidak mampu mereka lewati karena berat bobotnya dan ketinggiannya yang sulit dilampaui oleh tenaga manusia biasa," imbuhnya.
Untuk jangka panjang tentu harus dimulai dari akarnya. Pendidikan usia dini terkait lalu lintas dapat menjadi harapan generasi muda di masa depan menjadi pengendara lalu lintas yang baik.
"Kemudian, upaya jangka panjang untuk mengubah mental masyarakat, perlu dilakukan melalui dunia pendidikan yang dapat mengubah kebiasaan buruk tersebut, terutama bagi generasi mudanya," tutup Yannes.
(rip/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah