Montir Nakal di Puncak, Modus Lama yang Muncul Lagi

Montir Nakal di Puncak, Modus Lama yang Muncul Lagi

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Rabu, 09 Okt 2019 14:03 WIB
Jalan menuju Puncak Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
Jakarta - Seorang warganet di jejaring sosial membagikan kisahnya ketika berkendara di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Cerita dan foto itu diunggah di Facebook yang menceritakan kisah modus montir nakal yang 'mengerjai' pengendara untuk meraup untung.

Kisah yang diunggah akun Enk Enk itu menceritakan mobilnya tercium bau hangus saat melalui jalur Puncak. Mobilnya juga mengeluarkan asap tebal. Padahal ia membawa mobil tahun muda. Diketahui kemudian, itu merupakan modus seorang montir nakal. Modusnya dengan menyemprot oli bekas ke rem mobil agar mobil berasap.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Founder & Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, mengatakan ini merupakan modus lama yang kembali muncul lagi. Bahkan, Jusri pernah merasakan hal serupa berpuluh-puluh tahun lalu di Puncak juga.

"Saya pernah pakai mobil zaman dulu itu 35 tahun yang lalu dari Jakarta ke Bandung, itu lagi macet-macet tahu-tahu mobil mogok. tapi begitu kita berhenti, datang dua orang. Dia bilang karburator rusak. Saya namanya masih muda, namanya belum tahu zaman dulu ya dibongkar sama dia. Kena tuh zaman dulu Rp 125 ribu. Setelah lama baru tahu itu permainan mereka. Selang bensin yang dicopot," kata Jusri membagikan kisahnya kepada detikcom melalui sambungan telepon, Rabu (9/10/2019).

Menurutnya, modus seperti ini sempat hilang dan sudah diberantas oleh petugas karena banyak yang komplain. Namun, hal itu dirasakan kembali oleh pengguna Facebook Enk Enk.



"Ada beberapa cara mereka selain menyiram oli. Ada juga yang mencopot selang bensin dari tangki sehingga nggak lama kemudian mobilnya mogok. Distarter-starter injeksi udah nggak nyemprot ke ruang bakar lagi," kata Jusri.

Modusnya, montir itu akan menyatakan salah satu komponen mobil rusak dan harus diganti. Sehingga akhirnya, pengguna mobil harus merogoh kocek untuk memperbaiki mobil yang sebenarnya tidak mengalami masalah besar. Bahkan biaya yang dikeluarkan kadang tidak masuk akal.

"Kalau yang di Puncak itu lebih kepada dikerjain, tapi mungkin bisa disebut setengah perampokan, karena nanti akhirnya si pengemudi atau pemilik mobil harus mengeluarkan uang banyak dengan biaya yang tidak masuk akal baik jasa maupun komponen yang diganti," kata Jusri.


(rgr/ddn)

Hide Ads