Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi menyebut bila Indonesia ingin fokus ke kendaraan listrik murni baterai harus mempersiapkan infrastrukturnya terlebih dahulu.
Baca juga: Indonesia Harus Bisa Produksi Mobil Listrik |
Namun ia menekankan bahwa untuk mempopulerkan kendaraan listrik lebih baik secara bertahap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Plug-in Hybrid mungkin oke, karena kalau dalam kondisi terjelek dia bisa dipakai karena combustion engine-nya masih bisa jalan. Mobil pure listrik atau electric vehicle itu dikhawatirkan kalau infrastruktur belum terbentuk bahaya, karena kalau di tengah jalan kehabisan listrik bisa bubar nanti," sambungnya.
![]() |
Lebih lanjut ia mengatakan salah satu pertimbangan mobil listrik ialah baterai. Bila tidak ditangani dengan baik tentunya seperti bom waktu yang bisa mencemari lingkungan.
"Mobil electric vehicle sangat bersih tapi setelah dipakai sekian tahun. Used Battery menjadi masalah, Anda bayangkan kalau di Indonesia pemakaian mobil 1, 3 juta di 10 tahun lagi, sedangkan setiap tahun 1 juta mobil setiap tahunnya harus dibuang," ungkap Nangoi.
"Sedangkan kalau Anda bandingkan aja yang namanya bus listrik berat tiga ton baterainya saja hampir 2 ton. Itu baterainya saja, jadi Anda bayangkan baterai yang di recycle kalau tidak betul-betul itu bahaya, karena seolah-olah seperti pemakaian tidak ada emisi, tapi setelah pemakaian 10 tahun kemudian mobil ini menghasilkan emisi yang luar biasa, dalam bentuk baterai itu kan beracun," jelasnya
Tonton video Sri Mulyani Bocorkan Isi Aturan Mobil Listrik:
(riar/dry)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah