"Indonesia harus bisa jalan di tengah-tengah (tidak hanya memproduksi mobil konvensional-Red), Iceland sudah pakai mobil baterai, yah kan dia tidak ada industri otomotif. Dia tidak ada apa-apa di situ (tidak masalah untuk memproduksi mobil listrik-Red), rakyat-nya sedikit. Beda dengan Indonesia," ujar Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi di Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show 2019, ICE BSD, Tangerang, Rabu (24/7/2019).
"Di tengah-tengah maksudnya kita kan penghasil mobil, semua pabrik kita adalah combustion saat ini. Satu hal lagi, combustion akan jelek sekali (ketatnya dampak terhadap lingkungan) kalau selanjutnya (ketergantungan) dia akan memerlukan fossil fuel," ungkap Nangoi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lebih lanjut Nangoi menjelaskan bahwa kebutuhan mobil listrik yang paling tepat saat ini adalah selain mobil murni listrik, yaitu Hybrid dan Plug in Hybrid. Sebab bila langsung loncat ke murni listrik Indonesia pun dirasa belum siap dari sisi infrastruktur.
"Mobil listrik bukan teknologi yang terlalu jauh, misalnya mobil listrik itu kan termasuk yang namanya hybrid. Kalau hybrid itu kan tidak perlu dicolokin, tinggal dijalankan saja bergantian saling mengisi," ujar Nangoi.
"Plug in Hybrid mungkin oke, karena kalau dalam kondisi terjelek dia bisa dipakai karena combustion engine-nya masih bisa jalan. Mobil pure listrik atau electric vehicle itu dikhawatirkan kalau infrastruktur belum terbentuk bahaya, karena kalau di tengah jalan kehabisan listrik bisa bubar nanti," sambungnya.
(riar/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?