Menanti Nasib Akhir Isuzu Panther, Si 'Rajanya Diesel'

Menanti Nasib Akhir Isuzu Panther, Si 'Rajanya Diesel'

Dina Rayanti - detikOto
Minggu, 16 Jun 2019 07:23 WIB
Isuzu Panther. Foto: Dok. Astra Isuzu
Jakarta - Julukan 'Rajanya Diesel' tampaknya tak lagi lekat menempel pada Isuzu Panther. Beberapa tahun terakhir, nama Isuzu Panther seolah tak bergaung lagi di tengah munculnya mobil-mobil bermesin diesel lain.

Padahal, Isuzu Panther bisa dibilang sebagai salah satu mobil legendaris di Tanah Air. Muncul sejak tahun 1991, Panther masih hidup hingga saat ini.


Pernah menyentuh angka penjualan hingga puluhan ribu unit dalam setahun, semakin ke sini distribusi Panther terus merosot. Panther pada masa emasnya mampu membayangi Toyota Kijang yang juga tak kalah legendaris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sama-sama mengisi segmen MPV yang identik dengan mobil keluarga, Kijang mampu mempertahankan angka penjualannya. Tapi tidak dengan Panther.

Mengutip data distribusi wholesales Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada tahun 2018 misalnya, Isuzu hanya mengirim 1.001 unit Panther ke masing-masing dilernya.

Distribusi Panther yang tak tembus 1.500 unit setiap tahunnya tercatat sudah mulai terjadi sejak tahun 2015.

Bagaimana dengan Kijang yang saat ini berevolusi dengan nama Innova? Dalam periode yang sama, distribusi Innova menembus 59.630 unit.

Secara model, sejak lahir tahun 1991 Isuzu juga terus menyempurnakan tampilan Panther. Terakhir, Panther tercatat dipermak pada tahun 2013.

Namun terkait model baru, bagi detikers penggemar Panther tampaknya harus sedikit berlapang dada. Isuzu kabarnya tak bakal memperbarui Panther karena bentrok dengan aturan Euro4 yang bakal berlaku pada mobil diesel pada tahun 2021 mendatang.


Panther sendiri diakui GM Marketing Division PT Isuzu Astra Motor Indonesia, Attias Asril hanya dijual di Indonesia saja. Sehingga jika melakukan pengembangan model baru dapat menjadi beban tersendiri bagi Isuzu karena kendala biaya investasi yang besar.

"Untuk penjualan jika terbentur Euro 4 maka titik berhentinya di situ. Apakah suatu hari nanti kita punya engine yang ekonomis untuk volume MPV menggunakan mesin yang lain ya kita lihat saja," ungkap Attias Januari lalu. (dry/ddn)

Hide Ads