Rute yang dipilih tentu saja ruas tol Trans Jawa. Jaraknya 427,2 km dan estimasi waktu tempuh kurang lebih 6 jam, menurut peta digital. Harapan tim, semoga bisa masuk kota Malang sebelum maghrib tiba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemandangan indah ini sudah bisa ditemui pengguna jalan sejak masuk ruas tol Salatiga - Boyolali. Tol ini memiliki karakter jalan khas pegunungan, di mana banyak turunan dan trek menanjak. Pemandangan di kedua sisi jalan pun cukup memanjakan mata dengan latar belakang Gunung Merbabu dan areal persawahan yang baru masuk masa tanam.
![]() |
Keindahan ini pun berlanjut hingga ruas tol Solo-Kertosono. Sepanjang perjalanan, kami disuguhkan panorama alam yang bakal sulit kami temui di kota besar seperti Jakarta. Mulai dari arsitektur jembatan penghubung jalan umum yang keren, hingga hamparan sawah yang membentang di kedua sisi tol. Yang seolah memberi pesan 'kamu sudah sampai kampung halaman'.
Digoda pemandangan yang indah, tentu tidak menjadikan kami lalai dalam mengemudikan kendaraan. Kami tetap memantau beberapa ruas jalan tol yang dilalui. Catatan kami, masih ada sejumlah perbaikan jalan di kilometer 558 dan 561. Selain itu kami temukan juga jalan aspal yang bergelombang di kilometer 576.
Saran kami kepada para calon pemudik, tetap waspada dengan tol Semarang-Malang ini. Karena tipikalnya mirip tol Cipali, di mana masih didominasi arsitektur beton dikombinasi jalan aspal yang tentu bisa memberikan 'efek kejut' saat mobil dipacu dalam kecepatan tinggi.
![]() |
Para pemudik juga tidak perlu khawatir ketika ingin rehat, sebab cukup banyak rest area yang kami temukan saat perjalan dari Semarang menuju Malang. Rest area yang ada pun cukup lengkap fasilitasnya, contohnya seperti rest area di kilometer 519 dan 597 A, yang menyediakan rumah makan, toilet bersih, tempat beribadah, serta Stasiun Pengisian Bahan Bakar.
Oh iya, sekadar informasi, total biaya yang kami keluarkan sejak pintu tol Banyumanik, Semarang hingga keluar pintu tol Singosari, Malang, yakni sekitar Rp 350.500.
Bicara performa kendaraan, Xpander Ultimate yang kami kendarai mampu melahap berbagai medan jalan yang dilalui. Khususnya di ruas tol Salatiga yang memiliki banyak tanjakan dan turunan, Xpander Ultimate cukup bertenaga ketika melewati tanjakan yang panjang.
Tapi untuk melewati jalan menanjak yang panjang tersebut, pengemudi harus pandai-pandai mengatur injakan gas dan selalu siap menggeser tuas ke posisi 'D' atau '2'. Kendati memakai transmisi otomatis dan penggerak roda depan, mobil ini cukup handal diajak melewati medan ekstrem itu.
Sementara ketika dikendarai sejak ruas tol Solo hingga Malang, Xpander Ultimate cukup handal diajak melewati rute tol yang lurus dan panjang. Di bawa kecepatan di atas 100 km/jam, mobil ini masih terasa stabil. Saat melewati tikungan cepat, gejala body roll pun tidak begitu terasa. Dan setir masih dikuasai pengemudi.
(lua/ddn)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah