Penjualan Domestik Turun, Ekspor Mobil RI Justru Ngegas

Penjualan Domestik Turun, Ekspor Mobil RI Justru Ngegas

Luthfi Anshori - detikOto
Rabu, 15 Mei 2019 11:03 WIB
Ekspor Mobil. Foto: Pradita Utama
Jakarta - Penjualan mobil penumpang dan komersial di Indonesia mencatatkan penurunan sebesar 13 persen pada kuartal pertama 2019 (Januari-Maret). Kabar baiknya, hal ini tidak terjadi untuk ekspor. Ekspor mobil rakitan Indonesia mencatat hasil positif di tiga bulan pertama 2019.

"Dengan bangga kami sampaikan, kuartal pertama 2019 peningkatan ekspor (mobil Indonesia) sampai lebih dari 20 persen dibanding 2018. Itu merupakan hal yang sangat positif," terang Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi, di Jakarta, Selasa (5/14/2019).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Daihatsu menjadi merek yang mengalami peningkatan ekspor signifikan. Mengutip catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Daihatsu berhasil mengekspor 26.116 unit atau tumbuh 20,5 persen dari periode yang sama tahun lalu, yakni 21.682 unit.

Sementara untuk Toyota, sepanjang kuartal pertama 2019, mengapalkan 19.793 unit. Jumlah tersebut turun 15 persen dari periode yang sama tahun lalu, dengan angka 23.283 unit.

Di posisi ketiga, pabrikan Jepang lain, Mitsubishi Motor, mencatat jumlah ekspor mencapai 14.775 unit atau berkontribusi 20,9 persen. Dan Suzuki mengekspor 8.439 unit atau berkontribusi 12 persen dari total ekspor mobil Indonesia di kuartal pertama 2019.



"Ada 70 negara yang telah kami ekspor, saya tidak tahu detailnya. Tapi yang kami ekspor itu bukan negara-negara dalam arti kata teknologinya masih rendah, tapi seperti Jepang juga kami ekspor secara utuh (CBU)," lanjut Nangoi.

Pemerintah sendiri melalui Kementerian Perindustrian memasang target ekspor mobil sebanyak 400 ribu unit di tahun 2019 ini. Agar APM bisa mencapai target tersebut, Gaikindo berharap pemerintah bisa memberi fasilitas, dalam hal peraturan-peraturan yang lebih fleksibel, agar bisa memproduksi jenis kendaraan lebih banyak.

"Kita harus mengembangkan market. Karena kalau kita hanya punya satu macam kendaraan, tentunya ekspor marketnya sangat sempit. Tapi kalau market terbuka, dalam artian kita punya model SUV, punya sedan, kita punya MPV, maka kita bisa main ke mana saja, ini yang kita inginkan dari pemerintah supaya peraturan mendukung ke arah sana," pungkas Nangoi. (lua/rgr)

Hide Ads