Seperti dikatakan Direktur Pemasaran dan Purnajual PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy. Hal itu mengacu dari penyusutan kendaraan yang sekitar 10 persen.
"Semua orang yang beli mobil, awalnya akan beli yang mobil kecil. Yang modalnya tidak besar. Dengan harapan nanti tua, mobilnya jadi besar. Upgrade terus. Padahal, mobil itu punya minimum harga misal saja dahulu paling murah itu mobil Rp 100 juta, sekarang rata-rata Rp 150 juta. Ke depan, bisa jadi naik menjadi Rp 200 juta," ungkapnya di Jepara, Jawa Tengah, Kamis (2/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asumsi tersebutlah yang jadi landasan bahwa tak selamanya mobil berbanderol murah memudahkan dalam kepemilikan kendaraan sampai 4-5 tahun ke depan.
"Dengan begitu efeknya untuk ugrade ke depan tidak punya kemampuan. Belum lagi bila resale value mobil tersebut jatuh," kata Jonfis lagi.
Dikesempatan sama, dirinya juga menjelaskan bahwa mobil-mobil murah khususnya yang dari China tak mempengaruhi Honda di Indonesia. Sebab, karakteristik pembelinya berbeda.
"Saya bisa katakan saat ini kami tidak apple-to-apple dengan mereka. Berdasarkan survei internal juga, mobil China tidak jadi pertimbangan orang beli mobil Honda. Namun irisan kadang ada," tutup Jonfis. (ruk/dry)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?