Sopir Ambulans Tak Hanya Jago Nyetir, tapi Harus Pandai Bersimpati

Sopir Ambulans Tak Hanya Jago Nyetir, tapi Harus Pandai Bersimpati

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 09 Apr 2019 17:29 WIB
Sopir ambulans Arief Rahman Foto: Ridwan Arifin
Jakarta - Setiap profesi memiliki beban kerja yang tidak bisa dianggap sebelah mata. Seperti sopir ambulans, membawa pasien hingga jenazah menjadi satu hal yang lekat dengan kehidupannya.

detikcom menelusuri lebih lanjut bagaimana sopir ambulans bekerja, tepatnya di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, faktanya setiap sopir ambulans tidak hanya dituntut untuk bisa mengemudikan mobil. Penanggung Jawab Ambulans RSUD Pasar Rebo Roviq Hidayat (41) mengatakan bahwa selain memiliki Surat Izin Mengemudi (BHD) sopir ambulans juga dibekali kemampuan Bantuan Hidup Dasar.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"BHD itu bagaimana kita mengerti tentang penanganan pasien pada saat terjadi gagal napas atau hal-hal yang bersifat emergensi," ucap Roviq kepada detikcom, di Jakarta Timur.

Artinya tugas seorang sopir ambulans tidak hanya mengerti bagaimana teknik berkendara saat membawa pasien sakit atau jenazah. Namun juga dipersiapkan untuk berhadapan langsung dengan kejadian yang darurat terkait pertolongan pertama nyawa.

Lebih lanjut Sukamto (54) yang sebentar lagi memasuki masa purna dari profesinya sebagai sopir ambulans mengungkapkan memastikan kendaraan dalam kondisi prima.



"Tugas sehari-hari nganter pasien, jenazah, dan karyawan rumah sakit untuk urusan dinas. Tanggung jawab kendaraan mengecek kondisinya setiap hari, diceklis," ungkap Sukamto.

Arief Rahman (43) yang juga menjadi salah satu anggota sopir ambulans di RSUD Pasar Rebo dipercaya untuk mengendarai ambulan advance yang di mana peralatan lebih lengkap yang pernah digunakan saat Asian Games 2018 seperti ventilator, monitor, dan pacu jantung.

"Minimal kita mengerti alat bagaimana bekerja dan memasangnya di Ambulans," kata Arief.

Para sopir ambulans juga menceritakan, seringkali berhadapan dengan tangisan dan meredakan anggota keluarga yang histeris. Mereka harus pandai-pandai bersimpati dan berempati di suasana kedukaan yang sudah menjadi bagian dari pekerjaannya.

"Kalau bawa ambulans kadang-kadang kita ikut merasa sedih, ya nenangin 'ibu bapak berdoa semoga sehat, sembuh', kasih semangat," tambah Sukamto. (riar/ddn)

Hide Ads